TEMPO.CO, Jakarta - Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan terjadi lonjakan realisasi penyaluran bahan bakar nonsubsidi. Penyaluran bahan bakar jenis Pertamax dan Pertalite, hingga dua kali lipat pada 2 Juli 2016 hingga mencapai 30.800 kiloliter.
Wianda mengatakan realisasi penyaluran Pertamax dan Pertalite tersebut melampaui angka ekspektasi tertinggi Pertamina tahun ini. "Ini menunjukkan tanda positif bahwa masyarakat semakin tinggi kesadarannya untuk menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dan sesuai spesifikasi kendaraannya," kata dia melalui keterangan tertulisnya, Senin, 4 Juli 2016.
Menurut Wianda, konsumsi Pertalite mencapai 14.900 kiloliter atau 108 persen dari rata-rata penyaluran harian normal sekitar 7.150 kiloliter. Rata-rata konsumsi Pertalite hingga hari kesebelas masa satgas, 21 Juni 2016, adalah sekitar 11.130 kiloliter per hari atau 156 persen dari rata-rata penyaluran harian normal.
Sedangkan penyaluran Pertamax mencapai sekitar 15.900 kiloliter atau 157 persen dari rata-rata penyaluran harian normal. Rata-rata penyaluran Pertamax sejak awal masa satgas adalah 12.530 kiloliter atau 124 persen dari rata-rata harian normal.
Wianda mengatakan lonjakan didukung oleh harga yang lebih terjangkau. Selain itu, akses terhadap produk semakin mudah dengan banyaknya outlet Pertalite dan Pertamax, termasuk di jalur-jalur mudik dan wisata.
Tren peningkatan konsumsi Pertalite dan Pertamax, menurut Wianda, merata terjadi di beberapa daerah. Di Jawa Tengah, realisasi Pertalite mencapai 248 persen dari rata-rata penyaluran harian normal menjadi 1.784 kiloliter. Sedangkan Pertamax naik menjadi 198 persen dari rata-rata penyaluran harian normal menjadi 3.609 kiloliter.
Wianda mengatakan penyaluran Premium pada hari yang sama mencapai 67.475 kiloliter atau hanya 93 persen dari rata-rata penyaluran harian normal. Rata-rata penyaluran Premium mencapai sekitar 60.300 kiloliter per hari dalam sebelas hari pertama masa satgas atau 83 persen dari rata-rata penyaluran harian normal.
Solar bersubsidi juga mengalami tren lebih rendah dari rata-rata penyaluran harian normal 2016. Rata-rata realisasi penyaluran hingga masa satgas kesebelas mencapai sekitar 33.500 kiloliter per hari atau 95 persen dari penyaluran normalnya.
VINDRY FLORENTIN