TEMPO.CO, Semarang - Inflasi di Jawa Tengah selama bulan Juni atau bertepatan dengan bulan puasa dan mendekati lebaran diperkirakan lebih rendah. Bahkan angka inflasi bulan Juni ini banyak diprediksi turun dari momentum yang sama tahun 2015 lalu.
“Diperkiarkan 0,4 hingga 0,5 persen lebih rendah dari tahun lalu,” kata Anggota Tim Pengendali Inflasi daerah (TIPID) Jawa Tengah, Iskandar Simorangkir, Kamis 30 Juni 2016.
Iskandar beralasan prediksinya itu berdasarkan banyak upaya pengendalian yang dilakukan sejumlah pihak dengan menggelar pasar murah. “Karena Disperidag, pelaku perbankan, melakukan operasi pasar. Termasuk dan kunjungan lapangan oleh TPID dan gubernur ke sejumlah pusat perdagangan dan penyimpanan kebutuhan,” kata Iskandar menjelaskan.
Menurut Iskandar, catatanya dalam Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi (Sihati) Jawa Tengah menunjukan saat ini yang mengalami kenaikan harga cukup tinggi bukan daging, gula maupun beras yang selama ini pernah terjadi dan sedang dikawatirkan.
Ia menyebutkan kenaikan dilevel tinggi justru cabai rawit, cabai hijau dan merah. Meski tak menyebutkan angka harga yang ada namun Iskandar menyatakan peningkatan sudah signifikan dan berada di zona merah.
Sebelumnya Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengancam akan menindak bila ditemukan ada penimbunan kebutuhan pokok. Ia meminta Kepolisian Daerah Jawa Tengah untuk bertindak karena penimbunan merugikan masyarakat luas. “Kalau pengepul memainkan (pasokan), panggil Polda agar ditindak,” kata Ganjar
Ganjar menyatakan kenaikan harga pangan di Jateng selama bulan Ramadan masih tergolong aman. Hal itu berdasarkan hasil pemantauan langsung yang kemudian ia dikaji bersama tim pengendali inflasi daerah Jawa Tengah. “Salah satu kajiannya apakah ada sentimen yang dimainkan pelaku pasar. Mudah-mudahan tak menaikkan (harga) untuk kepentingan individu,” kata Ganjar menegaskan.
EDI FAISOL
-