TEMPO.CO, Kediri - Sejumlah makanan kadaluwarsa dan berjamur diketahui masih dijual di swalayan Kota Kediri. Petugas Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Kepolisian Resor Kota Kediri mendapatinya saat inspeksi mendadak di sebuah swalayan ternama siang tadi, Selasa, 28 Juni 2016.
Makanan rusak tetap dipajang di etalase. Di antaranya adalah mi basah yang dikemas dalam plastik transparan dalam kondisi berjamur. Mi Hongkong ini diketahui saat petugas mendatangi etalase sayuran. “Dari luar sudah terlihat ada jamurnya,” kata Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi Kota Kediri yang memimpin pemeriksaan.
Jamur itu samar berkat warna gulungan mi yang putih. Namun jika diteliti, terdapat titik-titik noda yang mengindikasikan pertumbuhan jamur pada makanan itu. Curiga terjadi kerusakan lain, petugas menyisir deretan sayuran dan menemukan dan menemukan taoge kemasan plastik yang juga busuk. Saat diperiksa tanggal kadaluwarsanya, diketahui jika beberapa makanan itu telah melewati batas tanggal kelayakan konsumsi.
Lantaran temuan itu Yety memanggil pengawas swalayan dan memberi teguran keras. Dia meminta seluruh produk itu ditarik dari etalase karena membahayakan konsumen. “Kami hanya bisa meminta makanan itu ditarik, soal penerapan sanksi ada pada kepolisian,” kata Yety mengenai ulah pelaku usaha itu.
Dia meminta masyarakat lebih berhati-hati saat membeli makanan terutama jenis makanan basah dan minuman kaleng. Meski aktivitas belanja dilakukan di pasar swalayan modern, namun faktanya tak kelayakan dagangan mereka tidak terjamin.
Yety juga menghimbau masyarakat tak terlalu berburu-buru berbelanja di pasar modern meski menyediakan lebih nyaman. Sebab hasil penelusuran pemerintah menunjukkan harga sejumlah kebutuhan pokok di swalayan jauh di atas harga umum. “Telur ayam yang di pasar tradisional masih di bawah Rp20 ribu per kilogram di swalayan malah dibanderol Rp23 ribu.”
Sejumlah konsumen mengaku kerap menemukan makanan kadaluwarsa ataupun rusak yang ditemukan saat berbelanja. Pekerja swalayan baru menariknya saat diingatkan pengunjung. “Saya pernah lihat ikan yang sudah rusak dalam akuarium ikan gurami hidup,” kata Titin, ibu rumah tangga.
HARI TRI WASONO