TEMPO.CO, Jakarta - Pengenaan cukai terhadap kemasan plastik bisa memukul konsumsi air minum dalam kemasan hingga 19 persen dan mendongkrak harga hingga dua kali lipat.
Penelitian oleh Eugenia Mardanugraha dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menunjukkan cukai atas kemasan botol plastik akan menekan permintaan atas minuman olahan dalam kisaran 3—19 persen.
Perubahan permintaan berdasarkan simulasi atas pengenaan cukai Rp50 per kemasan gelas plastik atau sekitar Rp 208 per liter, dan pengenaan cukai Rp200 per kemasan botol plastik atau setara dengan Rp 333 per liter.
Penurunan paling tajam terjadi pada produk air minum dalam kemasan (AMDK) botol dan minuman soda dalam botol. Volume permintaan AMDK botol diperkirakan bisa merosot 19 persen atau setara dengan penurunan nilai penjualan menjadi Rp 9,07 triliun, sedangkan permintaan soda dalam botol merosot 8% atau setara dengan penurunan nilai penjualan menjadi Rp2 62,79 miliar.
Total nilai penurunan penjualan di seluruh jenis produk minuman yang menggunakan kemasan plastik diperkirakan mencapai Rp10,16 triliun. “Penurunan permintaan akan menurunkan penjualan yang artinya menurunkan kinerja industri. Akibat dari penurunan kinerja industri, pemerintah akan kehilangan pendapatan,” papar Eugenia dalam laporan penelitian bertajuk Dampak Ekonomi Pengenaan Cukai Kemasan Plastik Berisi Minuman.
Cukai atas kemasan plastik bisa memberikan tambahan pendapatan cukai Rp 1,9 triliun pada negara. Di sisi lain, pemerintah diproyeksikan kehilangan penerimaan Rp 2,44 triliun dari penurunan pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Badan. “Dalam periode 1 tahun pemerintah diperkirakan akan kehilangan pendepatan Rp 528 miliar. Nilai di atas belum memperhitungkan biaya yang harus dikeluarkan pemerintah untuk memungut cukai,” kata Eugenia.
Data yang digunakan dalam simulasi merupakan data penjualan bulanan industri minuman pada periode Januari 2013—Januari 2016. Produk yang diteliti adalah air mineral, soda, teh dan jus.
Juru Bicara Forum Lintas Asosiasi Industri Produsen dan Pengguna Plastik (FLAIPPP), Rachmat Hidayat mengatakan penelitian menunjukkan dampak besar cukai plastik atas kinerja industri, daya beli konsumen, dan penerimaan pemerintah. “Sudah jelas konsumen akan menderita karena dampak inflasi. Industri jelas terkena dampak. Pemerintah yang memutuskan kebijakan juga mengalami kerugian,” katanya.
Kenaikan Harga
Rachmat menambahkan simulasi juga menggambarkan kenaikan harga yang dialami konsumen jauh lebih tinggi dari tarif cukai yang dikenakan oleh pemerintah. Konsumen diproyeksikan menanggung kenaikan harga sekitar 23,5 persen dari harga cukai, belum termasuk pembulatan harga. Selisih tersebut merupakan akumulasi dari merjin keuntungan 3,5 persen di tingkat distributor, 5 persen di tingkat grosir dan 15 persen di tingkat peritel.
Kenaikan harga paling tinggi justru terjadi pada produk berharga lebih murah. Produk berharga lebih murah terkena dampak paling besar karena kontribusi biaya kemasan yang lebih tinggi dan pembulatan harga yang lebih besar.
Harga AMDK gelas, misalnya, diproyeksikan bisa naik dari Rp500 per unit menjadi Rp 561,75 per unit setelah dikenai cukai Rp 50 per unit. Pembulatan harga di tingkat ritel kemudian membuat harga naik dua kali lipat menjadi Rp 1.000 per unit. “AMDK biasanya harganya paling sedikit berubah, kecuali ada harga kenaikan bahan baku atau resin plastik. Ini menunjukkan paling besar kepada konsumen,” kata Rachmat.
Eugenia menyarankan pemerintah melakukan riset yang detil dan perencanaan yang lebih jelas sebelum merealisasikan cukai pada produk tertentu, termasuk pada kemasan plastik.
Pemerintah perlu menghitung cermat biaya dan keuntungan dari pengenaan cukai serta mengumumkan rencana tarif dan mekanisme pemungutan jauh sebelum cukai mulai dipungut. “Ini agar pelaku usaha dapat melakukan perencanaan dalam bisnis dan konsumen bisa mencari alternatif atau mengehentikan konsumsi barang yang kena cukai,” katanya.
Eugenia juga merekomendasikan agar produsen minuman terus berupaya menurunkan penggunaan plastik atau berinvoasi mencari subtitusi kemasan plastik.