TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo menerima tujuh orang pengurus Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) di Istana Merdeka. Ketua Umum Gapkindo Munarji Soedargo menyatakan dalam pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam ada beberapa hal yang menjadi pembicaraan. Hadir Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dan Sekretaris Negara Pratikno ikut mendampingi Presiden Jokowi.
Menurunnya harga karet remah (crumb rubber) menjadi topik pembicaraan utama. Munarji menyatakan di tengah menurunnya harga karet, Gapkindo meminta kepada pemerintah agar memberi perhatian kepada para petani. "Karet ini komoditas kedua terbesar setelah sawit dan berbasis rakyat," kata Munarji di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat, 24 Juni 2016.
Munarji menyebut turunnya harga karet semakin membuat petani kesulitan. Sebagai gambaran harga karet di pasar internasional pernah menyentuh angka tertinggi US$ 5,3 per kilogram pada 2011. Namun di awal 2016, harganya anjlok ke posisi US$ 1 per kilogram. "Berat sekali. Motivasi petani bisa turun kalau harga tidak normal," ucap Munarji.
Sebelumnya agar harga kembali ke posisi wajar, Gapkindo bersama Kementerian Perindustrian dan International Tripartite Rubber Council (ITRC) memutuskan penghentian ekspor karet. Tapi langkah itu belum membuahkan hasil. Menurut Munarji cara itu lebih bersifat jangka pendek. Ke depan, Gapkindo ingin pemerintah terlibat membantu petani dan industri karet.
Beberapa hal yang diusulkan oleh Gapkindo seperti pemberian subsidi bunga pinjaman, peninjauan kembali pungutan pajak penghasilan bagi petani karet. Lalu peremajaan tanaman dan pembentukan bursa fisik. Dari penuturan Munarji, Presiden Jokowi menaruh perhatian dan mencoba mencari jalan keluarnya. "Presiden ingin menciptakan demand baru untuk karet, seperti diserap di proyek infrastruktur," kata dia.
ADITYA BUDIMAN