TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) akan melakukan langkah antisipasi dampak keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau British Exit (Brexit) terhadap perekonomian nasional. Secara umum, kondisi perekonomian Indonesia saat ini dalam posisi baik atau tidak mengkhawatirkan.
Terbukti, kondisi inflasi masih terjaga. Berdasarkan hasil survei minggu ketiga BI, inflasi bulan Juni diprediksi berada di kisaran 0,56 persen. Defisit transaksi berjalan (CAD) juga masih aman di kisaran 2,2 persen,
"Kita akan terus jaga, kita bisa menghadapi ini sehingga tidak berdampak buruk ke perekonomian Indonesia," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo, di Kompleks Bank Indonesia, Thamrin, Jakarta, Jumat, 24 Juni 2016.
Seperti diketahui, Inggris memilih keluar dari Uni Eropa setelah 43 tahun dengan perbandingan jumlah suara 52 persen dan 48 persen hari ini. Dampak dari keputusan tersebut sempat membuat ekonomi dunia bergejolak, tak terkecuali Indonesia.
Agus berujar saat ini cukup banyak mata uang negara-negara di dunia yang tertekan akibat Brexit.
Nilai poundsterling anjlok 10-11 persen atau yang terendah selama 30 tahun terakhir. Volatilitas poundsterling juga terus meningkat, mengindikasikan adanya tekanan. Nilai tukar euro juga mengalami penurunan, sekitar 1-2 persen. Sedangkan, nilai tukar rupiah turun sekitar 1 persen, hari ini.
Baca Juga: Menteri Darmin Bicara Brexit: Bisa 2-3 Hari Goyang-goyang
Selanjutnya, akan terjadi periode risk off sesudah adanya kepastian Brexit. "Jadi dana-dana yang ada di dunia bergerak menuju negara-negara yang diyakini aman," ujar Agus. Amerika Serikat (AS) dan Jepang kata dia menjadi negara tujuan aliran dana tersebut.
Namun, Agus mengatakan kondisi ini merupakan implikasi yang bersifat jangka pendek. Terbukti, berdasarkan data inflow atau aliran dana modal yang masuk hingga pekan lalu berjumlah sekitar Rp 70 triliun (netto). "Sedangkan tahun lalu sekitar Rp 30 an triliun, ini menunjukkan inflow ke Indonesia masih besar."
Agus tak menampik keputusan Inggris tersebut cukup mengejutkan negara-negara di dunia. Berdasaekan kajian BI dampak jangka panjang keputusan tersebut adalah memungkinkan pelemahan ekonomi Inggris hingga 7 persen di 2030 mendatang.
Simak: PDIP Tolak Tambahan Modal bagi BUMN, tapi...
Sedangkan, implikasi jangka pendek terhadap Indonesia kata Agus tak terlalu berpengaruh. Sebab, hubungan perdagangan Indonesia dan Inggris juga tidak terlalu besar dalam posisi ekspor dan impor.
Agus menambahkan BI akan terus mengikuti rangkaian proses sesudah keputusan Brexit tersebut. Setelahnya akan ada proses negosiasi. "Pada saat negosiasi itu akan dibicarakan tentang bagaimana tarif, migrasi, non tarif barrier, dan nanti implikasinya biasanya jangka panjang." Waktu negosiasi yang dibutuhkan kata Agus kurang lebih sekitar 2 tahun.
GHOIDA RAHMAH