TEMPO.CO, Jakarta - PT Angkasa Pura I (Persero) berencana menerbitkan obligasi dan meminjam dana dari bank atau nonbank untuk mengembangkan lima bandara. Direktur Keuangan dan Teknologi Informasi PT Angkasa Pura I, Novrihandri, mengatakan pihaknya membutuhkan dana sebesar Rp 25 triliun.
"Dana tersebut akan digunakan untuk pengembangan lima bandara," kata Novrihandri di Graha Angkasa Pura I, Jakarta, Kamis, 23 Juni 2016. Kelima bandara tersebut adalah Bandara Ahmad Yani Semarang, Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, Bandara Baru Yogyakarta, Terminal 3 Bandara Juanda Surabaya, dan Bandara Sultan Hasanuddin Makassar.
Novrihandri mengatakan pengembangan bandara tersebut mendesak karena kapasitas bandara yang penuh. "Pengembangan bandara ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan serta untuk mengimbangi pertumbuhan industri penerbangan nasional," kata dia.
Menurut Novrihandri, pengembangan Bandara Ahmad Yani Semarang diperkirakan membutuhkan investasi sekitar Rp2,1 triliun. Bandara ditargetkan beroperasi pada 2018.
Sementara pengembangan Bandara Syamsudin Noor membutuhkan dana Rp 2,3 triliun dan Bandara Baru Yogyakarta sebesar Rp 9.3 triliun. Terminal 3 Bandara Juanda Surabaya dan Bandara Sultan Hasanuddin Makassar masing-masing membutuhkan Rp 9,1 triliun dan Rp 3,6 triliun.
Novrihandri mengatakan kebutuhan dana juga akan disalurkan untuk membayar ganti rugi pembebasan lahan proyek bandara baru Yogyakarta senilai Rp4 triliun. Pembayaran lahan di Kulon Progo tersebut akan dilaksanakan mulai Agustus 2016.
Novrihandri mengatakan obligasi yang akan diterbitkan senilai Rp14,5 triliun dalam kurun waktu 2016 hingga 2020. Sementara pinjaman kredit investasi sebesar Rp10,5 triliun.
Selama 2016, AP I membutuhkan dana sebesar Rp 7 triliun. Dana rencananya akan didapatkan dari penerbitan obligasi sebesar Rp 3 triliun dan pinjaman bank/non bank sebesar Rp 4 triliun. Estimasi kebutuhan dana di 2017 sebesar Rp5,5 triliun, 2018 sebesar Rp4,5 triliun, 2019 sebesar Rp5 triliun, dan 2020 sebesar Rp3 triliun.
Novrihandri mengatakan AP I telah mendapatkan peringkat (rating) AAA dari Pefindo. Peringkat AAA merupakan peringkat tertinggi yang diberikan Pefindo. "Hal ini menandakan bahwa risiko gagal bayar sangat rendah," kata dia.
VINDRY FLORENTIN