TEMPO.CO, Bandung - Sekretaris Daerah Jawa Barat Iwa Karniwa mengatakan, Badan Pengelola Jalan Tol tengah mengkaji tiga rute alternatif rencana jalan tol Cileunyi-Garut-Tasikmalaya. “Ada tiga alternatif trase sementara yang sedang dibahas lebih lanjut, masing-masing mempunyai kekurangan dan kelebihan,” kata dia di Bandung, Rabu, 15 Juni 2016.
Iwa mengatakan, rute jalan tol itu mengerucut dengan pilihan titik awal tak lagi di pintu tol Cileunyi di jalan tol Padalarang-Cileunyi, tapi dari pintu tol KM149 di Gedebage yang kini tengah disiapkan sebagai akses menuju stadion Gelora Bandung Lautan Api, Kota Bandung. Pintu tol di KM149 itu saat ini kendati sudah rampung, tapi belum difungsikan menunggu rampungnya jalan akses menuju stadion yang disiapkan menjadi salah satu lokasi alternatif seremoni Pekan Olahraga Nasional XIX.
Iwa merinci masing-masing rute itu. “Alternatif pertama itu rencana gate tol itu nanti di Gedebage, Majalaya, Nagreg, Limbangan, Cibatu, Malangbong, Rajapolah, Tasikmalaya, Ciamis, dan Banjar,” kata dia.
Rute rencana trase pertama itu sudah dijajaki, dengan kesimpulan sementara memiliki kontur tanah berbukit, tidak rawan longsor, dan tidak memotong persawahan. Iwa mengatakan, taksiran biaya membangun jalan tol pada rencana trase alternatif pertama ini menembus Rp 5,14 triliun. “Biaya konstruksinya diperkiraan Rp 2,8 triliun, dan pembebasan lahan Rp 1,07 triliun,” kata dia. Selebihnya untuk membiayai konsultan, pembuatan dokumen Amdal, hingga biaya overhead proyek tol tersebut.
Iwa mengatakan, trase alternatif dua itu dengan rencana pintu tol berada di Gedebage, Majalaya, Nagreg, Limbangan, Cibatu, Kota Garut, Singaparna, Kota Tasikmalaya, Ciamis, dan Banjar. Hasil analisis sementara kontur tanah rute itu berbukit, tidak rawan longsor, memotong sawah, dengan tanah relatif lunak. “Biaya konstruksinya diperkirakan Rp 5,374 triliun, dengan biaya konstruksinya sendiri Rp 2,9 triliun,” kata dia.
Sementara trase alternatif ketiga dengan rencana pintu tol berada di Gedebage, Majalaya, Nagreg, Limbangan, Garut, Singaparna, Kota Tasikmalaya, Ciamis, dan Banjar. Hasil analisa sementara kontur tanah rutenya berbukit, rawan longsor, tapi tidak memotong saawah. Iwa mengatakan, taksiran biaya membangun jalan tol di rute itu menembus Rp 5,86 trilun, dengan biaya konstruksi pembangunan jalan tol mencapai Rp 3,14 triliun.
Iwa mengatakan, BPJT tengah menyiapkan rute detil dari masing-masing alternatif trase tersebut untuk dibandingkan dan dipilih salah satu yang terbaik. “Pedetilan terhadap tiga alternatif tersebut sampai pada titik koordinat trase,” kata dia.
Menurut Iwa, pemerintah provinsi Jawa Barat dan kabupaten/kota yang dilintasi jalan tol itu juga sudah diminta melakukan sinkronisasi rencana pengembangan infrastruktur jalannya untuk mendukung akses jalan tol tersebut. Daerah yang dilintasi jalan tol itu adalah Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, serta Pangandaran. “Harus ada sinkronisasi ini sebelum penyelesaian FS (Feasibility Study) jalan tol ini,” kata dia.
Iwa mengatakan, pemerintah daerah nantinya akan dilibatkan untuk membantu mempercepat penyediaan lahan jalan tol itu. Rencananya pembebasan lahan nantinya akan dibiayai pemerintah pusat, sementara konstruksi jalan tol itu dibiayai badan usaha yang nantinya akan ditunjuk pemerintah.
Dia berharap, jika proses perencanaan jalan tol itu berjalan lancar, pembebasan lahan bisa dimulai pada 2017 nanti. Konstruksi jalan tol itu direncanakan akan dibagi dalam sejumlah seksi yang dikerjakan berbarengan. “Mudah-mudahan pelaksanaannya bisa lebih cepat dengan adanya sinkronisasi rencana ini antara pusat dan daerah,” kata Iwa.
Iwa mengatakan, jalan tol ini digadang akan dimasukkan dalam salah satu proyek strategis nasional untuk penyelesaian kemacetan yang terjadi setiap tahun saat arus mudik dan arsu balik Hari Raya Lebaran. “Kalau ini selesai tidak ada lagi ritual tahunan macet di Nagreg, Gentong, sampai Malanbong,” kata dia.
Pemerintah juga berencana membangun jalan tol ini lebih panjang lagi. “Progam lanjutannya nantinya dari Banjar menuju Cilacap, sampai Jogja. Ini sebagai langkah awal,” kata Iwa.
AHMAD FIKRI