TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo mengatakan inflasi tidak akan meningkat secara signifikan walaupun harga solar mengalami kenaikan. Rencananya, pemerintah akan memangkas subsidi solar sehingga harga solar diprediksi akan naik.
"Bahan bakar minyak kan perannya hanya sekitar 3,28 persen. Pemakaian solar oleh rumah tangga hanya satu per dua puluh. Walaupun harga solar naik, dampaknya terhadap inflasi tidak akan sampai 0,01 persen, masih relatif kecil," kata Sasmito saat dihubungi Tempo, Sabtu, 11 Juni 2016.
Menurut Sasmito, dampak kenaikan harga solar terhadap konsumsi rumah tangga memang tidak akan terjadi secara langsung. "Butuh waktu 1-2 bulan. Kalau dampak ke angkutan umum bisa langsung karena pemakai solar kan kebanyakan memang angkutan umum. Dampaknya akan ke tarif," ujarnya.
Rencananya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said akan memangkas subsidi solar pada Juli mendatang. Alasannya, pemerintah tengah mengejar penyelesaian program pembangkit listrik 35 ribu megawatt dan ratusan ribu jaringan gas rumah tangga. Karena itu, pemerintah memilih memangkas anggaran subsidi solar.
Namun Sudirman mengatakan belum akan menaikkan harga solar karena penghitungan harga tiga bulanan belum dilakukan. Di sisi lain, Pertamina menyatakan pengurangan subsidi solar dari Rp 1.000 menjadi Rp 350 per liter akan membuat harga solar naik dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 5.750 per liter.
Sasmito pun mengingatkan pemerintah mewaspadai kenaikan tarif angkutan umum. Apalagi pemotongan subsidi itu akan berbarengan dengan Lebaran. "Kami khawatir para operator akan menaikkan tarif karena aji mumpung. Kenaikan itu akan dianggap sebagai dampak Lebaran daripada dampak kenaikan harga solar," tuturnya.
Agar inflasi tetap terjaga, Sasmito juga meminta pemerintah tidak menaikkan harga bahan bakar Premium. Sebab, pengguna Premium lebih banyak dibanding pengguna solar. Menurut dia, perbandingannya 19 : 1. "Kalau Premium yang digoyang, akan terasa. Harga Premium harus dibuat normal agar lebih aman," ucapnya.
ANGELINA ANJAR SAWITRI