TEMPO.CO, Yogyakarta - Operasi pasar komoditas gula pasir dinilai belum efektif menekan kenaikan harga komoditas itu di pasar tradisional pada Ramadan tahun ini. Di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, misalnya, harga gula pasir per kilogram masih dijual pedagang Rp 15.000-15.500. Begitu pula di Pasar Bantul, pedagang membanderol gula pasir rata-rata Rp 15 ribu per kilogram.
Lurah Pasar Beringharjo Sumarno mengatakan pedagang masih memberlakukan harga lama dengan alasan menghabiskan stok. “Kebutuhan gula yang tinggi dengan stok yang kurang membuat harga gula pasir sulit turun,” ucapnya, Jumat, 10 Juni 2016.
Di Pasar Beringharjo, terdapat 5.000 pedagang yang menjual gula pasir. Untuk jumlah sebanyak itu, kebutuhan gula untuk operasi pasar di Beringharjo idealnya 10 ton lebih. Tapi Pasar Beringharjo hanya mendapat jatah operasi pasar gula pasir sebanyak 2 ton. “Operasi pasar belum efektif karena kebutuhan gula belum terpenuhi,” ujar Sumarno.
Tahun ini, Perusahaan Perdagangan Indonesia juga melakukan operasi pasar di Pasar Beringharjo, Demangan, dan Kranggan. Pasar Beringharjo mendapat jatah 2 ton dari Perusahaan Perdagangan Indonesia.
Mereka menjual gula pasir langsung kepada pedagang dengan harga Rp 12 ribu. Pedagang kemudian menjual gula pasir per kilogram Rp 13 ribu kepada konsumen.
Bulog juga menggelar operasi pasar di Pasar Beringharjo hingga dua hari sebelum Idul Fitri. Bulog menjualnya kepada pedagang dengan harga Rp 12.500 per kilogram. Gula pasir yang dijual petugas melalui mobil bak terbuka itu laris. Sejauh ini, operasi pasar belum efektif menurunkan harga gula di tingkat pedagang. Tapi Kepala Badan Urusan Logistik Divisi Regional Daerah Istimewa Yogyakarta M. Sugit Tedjo Mulyono yakin harga gula pasir akan segera turun. “Pasar menjadi jenuh dengan operasi pasar,” tuturnya.
Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY Arofa Nur Indriani mengatakan stok gula pasir di Yogyakarta sebanyak 153 ton. Sedangkan kebutuhan gula pasir saat ini 1.875 ton. “Gula pasir saat ini belum memasuki musim giling, jadi stok kurang,” kata Arofa.
SHINTA MAHARANI