TEMPO.CO, Jakarta - Setelah melonjak tiga hari berturut-turut hingga mencapai tingkat tertinggi 11-bulan, harga minyak dunia turun pada Kamis, 9 Juni 2016, saat para investor membukukan keuntungan.
"Meski ada potensi penurunan kecil yang berkembang menjadi penurunan lebih signifikan, sejauh ini terlihat seperti koreksi teknikal moderat menyusul tiga hari keuntungan daripada pembalikan besar," kata Tim Evans dari Citi Futures.
Acuan Amerika Serikat, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli turun 67 sen menjadi berakhir di US$ 50,56 per barel sehari setelah ditutup pada level tertinggi sejak Juli 2015.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea, untuk pengiriman Agustus turun 56 sen menjadi menetap di US$ 51,95 per barel di perdagangan London.
"Sedikit aksi ambil untung terjadi, tapi masih ada banyak kekuatan di pasar," kata Carl Larry dari Frost & Sullivan, seperti dikutip kantor berita AFP.
Larry memperkirakan harga minyak bisa mencapai US$ 55 pekan depan. "Permintaan kuat, sedangkan pasokan mulai terlihat sedikit melemah," kata dia. "Kami mulai melihat animo sedikit lebih meningkat."
Harga minyak telah meningkat hampir dua kali lipat sejak menyentuh level terendah sejak 2003 pada Februari, terbantu penurunan produksi Amerika Serikat dan pemangkasan produksi di Nigeria karena kerusuhan pemberontak, dan di Kanada akibat kebakaran hutan di kawasan penghasil minyak Alberta.
"Momentum yang ada, sentimen pasar, tidak adanya berita bearish dan pengurangan pasokan yang masih cukup besar menunjukkan bahwa kenaikan harga akan terus berlanjut," kata analis Commerzbank dalam sebuah catatan penelitian.
Mereka mencatat bahwa investor mengabaikan kenaikan produksi minyak mentah Amerika serikat sebesar 10 ribu barel per hari pekan lalu, yang merupakan kenaikan pertama dalam 13 pekan terakhir.
ANTARA