TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong menanggapi protes kelompok tani Dewan Pimpinan Nasional Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPN APTRI) yang meminta pemerintah mengimpor gula mentah (raw sugar). Ia menjelaskan, meski pemerintah memberlakukan impor, gula petani tetap akan dibeli dengan harga minimum yang ditetapkan pemerintah, yaitu Rp 9.100.
"Berapa pun produksi dijamin akan dibeli PTPN dan BUMN. Jadi petani tebu enggak usah khawatir mengenai impor. Produksi berapa pun sudah ada harga minimum yang dijamin pemerintah akan diserap BUMN kita," ujar Thomas di Kompleks Parlemen Senayan, Rabu, 8 Januari 2016.
Thomas mengakui, melonjaknya harga gula di pasaran Indonesia seiring dengan harga gula di seluruh dunia yang kini meningkat tajam. "Kalau dilihat grafiknya, harga gula dalam empat bulan terakhir naik tajam, dan saya baru minta bagian pendataan Kementerian Perdagangan untuk mengumpulkan data, faktor apa yang menunjukkan harga gula melonjak," ucapnya.
Thomas tidak merasa khawatir diberlakukannya impor akan memukul harga gula produksi dalam negeri. Gula, tutur dia, merupakan barang yang bisa disimpan, bukan barang segar yang mudah membusuk. "Jadi tidak terlalu sulit jika digudangkan. Kalau umpamanya sampai terjadi kelebihan penyerapan, kan bisa distok," ucapnya.
Pernyataan Thomas ini berbanding terbalik dengan apa yang diungkapkan Menteri Perindustrian bahwa Indonesia masih memiliki cadangan gula yang cukup untuk satu tahun ini. Karena itu, kebijakan Thomas untuk mengimpor gula sebanyak 380 ribu ton oleh DPN APTRI dianggap tak mendasar.
Ketua Umum DPN APTRI Soemitro Samadikoen mengatakan pemerintah tidak perlu mengimpor raw sugar. Menurut dia, penyebab harga gula yang melambung adalah ulah pihak tertentu yang ingin mendapat hak impor dan memainkan harga agar gula terkesan mahal.
Terlebih, ujar dia, Direktur Utama PT Perusahaan Perdagangan Indonesia menyatakan saat ini pemerintah masih memiliki stok gula 190 ribu ton yang siap untuk operasi pasar. "Artinya, stok gula ini cukup dan dimiliki perusahaan-perusahaan BUMN. Kalau produksi gula 2016 betul-betul kurang, impor gula dilakukan menjelang musim giling 2017, bukan sekarang," tutur Soemitro.
DESTRIANITA KUSUMASTUTI