TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Rendra Purdiansa menilai tingginya volume impor ikan sebagai sebuah keanehan. Sebab, seharusnya produksi ikan dalam negeri cukup untuk konsumsi dan industri.
"Seharusnya tidak perlu impor," kata Rendra ketika dihubungi, Rabu, 8 Juni 2016. Kalaupun ada untuk industri, menurut dia, jumlahnya hanya sedikit untuk menutupi kebutuhan produksi pabrik pengolahan ikan.
Berdasarkan catatan Kementerian Kelautan dan Perikanan, realisasi impor ikan pada tiga bulan pertama tahun ini mencapai 11.460 ton. Sedangkan izin pemasukan hasil perikanan (IPHP) yang sudah direstui Kementerian mencapai 29.035 ton.
Baca Juga: 10 Jenis Ikan yang Paling Banyak Diimpor Indonesia
Rendra mengatakan impor ikan masih dilakukan karena nelayan lokal tak bisa melakukan penangkapan. "Benar ikan kita di laut sekarang melimpah, tapi tidak bisa ditangkap." Kini, ujar dia, ribuan kapal nelayan tak beroperasi karena dihambat sejumlah aturan.
Beberapa aturan yang dianggap menghambat nelayan lokal, kata Rendra, antara lain larangan transhipment atau pengalihan hasil tangkapan ikan ke kapal lain di tengah laut. Larangan ini menyulitkan nelayan yang mencari ikan hingga ke tempat jauh. "Kalau harus pulang ke darat dulu, makan waktu dan biaya."
Simak Pula: Menteri Susi: Kapal & Alat Tangkap Hanya untuk Koperasi
Kemudian surat larangan bagi kapal berkapasitas 150 gross ton (GT) beroperasi. Padahal, menurut dia, dalam aturan lain yang dikeluarkan Menteri, batas kapal yang boleh beroperasi mencapai 200 GT. "Kami meminta Menteri Susi meninjau lagi aturan-aturan yang ada agar tidak tumpang-tindih dan menghambat nelayan lokal."
Hal lain yang juga dikritik Rendra ialah soal Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN). Secara konsep, menurut dia, sistem ini bagus. Namun, pada kenyataannya, di lapangan sistem itu tak berjalan.
Sebagai contoh, dia mengatakan pada awal bulan ini nelayan di Lhokseumawe, Aceh, sedang panen tongkol hingga 5.000 ton. "Tapi produksi yang melimpah itu tak bisa disalurkan ke daerah lain karena di sana tak ada penyimpanan ikan berpendingin."
Berita Menarik: 10 Ribu Ton Daging Sapi Impor Akan Banjiri Pasar
Tongkol termasuk jenis ikan yang banyak diimpor. Jumlahnya, bersama tuna dan cakalang, mencapai 18.210 ton. "Pemerintah harus melihat fakta di lapangan, produksi nelayan kita melimpah, kok."
PRAGA UTAMA