TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Ade Komarudin menduga mahalnya harga daging sapi potong di pasar akibat importir yang mengambil keuntungan terlalu besar. Hal itu menyebabkan harga daging segar di pasar mencapai angka Rp 130-140 ribu.
Menurut politikus Golkar ini, dugaan itu sesuai dengan hasil pantauannya di Bulog. “Berarti ini membenarkan apa yang saya dan teman-teman pikirkan,” kata dia saat berkunjung ke gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Selasa, 7 Juni 2016.
Ade mengatakan harga Rp 130-140 ribu merupakan harga daging sapi segar per kilogram. Kalaupun ada yang menjual seharga Rp 80-85 ribu per kilogram, itu merupakan daging beku potongan.
Daging tersebut diimpor dari Australia dan Selandia Baru dengan menggunakan pesawat kargo. Kedua negara tersebut dipilih karena jaraknya yang dekat dengan Indonesia.
Selain akibat perilaku importir yang mengambil untung besar, perilaku pengusaha hingga pengecer yang turut mengambil keuntungan besar membuat harga di tingkat konsumen menjadi naik.
Itu sebabnya, Ade menilai negara harus membentuk kembali badan yang bisa melakukan upaya menuju ketahanan pangan nasional. Menurut dia, langkah paling efisien adalah mengembalikan fungsi Bulog. “Negara harus campur tangan atas pasar. Negara harus kuasai 40 persen bahan kebutuhan pokok,” tuturnya.
Ia menyebutkan pembentukan badan itu sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Di sana tertulis bahwa negara memerlukan institusi yang bisa melakukan upaya menuju ketahanan pangan nasional.
BAGUS PRASETIYO