TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah ingin harga pangan menjelang Hari Raya Idul Fitri terjaga. Presiden Joko Widodo berharap, pergerakan harga pangan di Indonesia bisa seperti negara lain, yang ramai menawarkan diskon kala memasuki hari raya.
"Kebiasaan kita tiap tahun, harga selalu naik jelang Idul Fitri. Kami maunya Idul Fitri ada diskon," kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa, 7 Juni 2016.
Jokowi tak memungkiri kenaikan harga disebabkan oleh permintaan yang tinggi. Namun, dia menilai, bila pasokan cukup dan terkendali, semestinya harga-harga pangan tak perlu terkerek naik.
Karena itu, dari hasil rapat terbatas beberapa waktu lalu, pemerintah optimistis harga pangan, seperti daging, berada di level yang diharapkan, yaitu sekitar Rp 80 ribu per kilogram. Jokowi yakin hasil rapat terbatas bisa direalisasikan dengan baik. "Saya yakin mampu asal pelaksanaannya di lapangan diikuti," katanya.
Dengan harga pangan yang tinggi, ia menilai, pihak yang terdampak langsung ialah masyarakat, terutama petani. Pasalnya, petani juga konsumen bagi sejumlah komoditas pangan. Jokowi menaksir 85 persen petani mengkonsumsi beras.
Sebelumnya, setelah menghadiri rapat kerja pemerintah, Presiden Jokowi menyatakan harga daging sapi di pasaran bisa sesuai dengan target yang sudah ditetapkan pemerintah. Menurut dia, bila ada harga yang belum sesuai, hal itu terjadi lantaran daging impor belum sampai ke Indonesia. "Impor sudah dimulai, (harga) tidak mungkin turun dalam satu, dua, atau tiga hari," ucapnya. Bila harga sudah ada di posisi yang diinginkan, Presiden berencana turun ke pasar.
Sore ini, Presiden Jokowi bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla menggelar sidang paripurna kabinet. Ada tiga hal yang dibahas, yaitu APBN perubahan, kondisi pangan menjelang Lebaran, serta revolusi karakter mental.
ADITYA BUDIMAN