TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memperkirakan nilai tukar rupiah pada 2016 akan berkisar di angka 13.600 per dolar Amerika Serikat. Kemarin, DPR ingin BI menetapkan angka yang pasti mengenai nilai tukar rupiah setelah BI hanya memberikan kisaran 13.500-13.800.
"Dengan catatan, angka itu bisa lebih lemah kalau ekonomi Amerika membaik. Ke depan, masih ada risiko yang akan mempengaruhi nilai tukar rupiah," ujar Agus dalam rapat anggaran bersama Komisi Keuangan DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 7 Juni 2016.
Berita Menarik: Sempat Langka, BI Minta Uang Logam Jangan Disimpan
Menurut Agus, suku bunga acuan bank sentral Amerika atau Fed Rate diperkirakan akan naik dua kali, yakni pada Juli dan Desember. "Gejolak yang ada tidak bisa dihindarkan karena begitu banyak statement dari pejabat The Fed. Kalau ekonomi Amerika membaik, rupiah akan melemah," katanya.
Risiko lain, menurut Agus, adalah capital reversal. Dana asing yang masuk ke Indonesia hingga Juni ini mencapai Rp 71,1 triliun. "Pada Juni ini, dana memang terus masuk. Tapi pada Mei, cukup banyak dana yang keluar."
Baca: Puasa Tahun Ini Kebutuhan Uang Paling Tinggi, Kenapa?
Agus menambahkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika hingga Juni ini cukup stabil. Rupiah mengalami apresiasi sekitar 3,9 persen year-to-date. "Hari ini, rupiah mencapai 13.265. Ini didukung perekonomian domestik yang stabil," tuturnya.
Selain nilai tukar rupiah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2016, BI memprediksi pertumbuhan ekonomi akan berada di angka 5-5,4 persen. Selain itu, inflasi pada 2016 diperkirakan berada dalam rentang sasaran 4 plus minus 1 persen.
ANGELINA ANJAR SAWITRI