TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia memperkirakan peredaran uang bakal meningkat signifikan selama periode Ramadan dan Lebaran tahun ini. Kondisi tersebut menyebabkan uang palsu rentan beredar di masyarakat.
“Kami mengimbau masyarakat lebih memperbanyak transaksi non-tunai,” ujar Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI Suhaedi di Gedung BI, Senin, 6 Juni 2016. Ia melanjutkan, sebaiknya gunakan kartu debit atau kredit untuk bertransaksi.
Ia menuturkan, tarik tunai berpotensi besar membuat jumlah uang yang beredar menjadi banyak. Hal ini sangat mudah digunakan oleh para pemalsu untuk mengoplos uang asli dengan yang palsu.
Namun, bila menggunakan transaksi non-tunai, semisal kartu debit atau kredit, uang yang beredar menjadi minim. Risiko mendapat uang palsu pun kecil. Selain itu, Suhaedi berpesan masyarakat bisa membedakan uang yang palsu dengan asli.
“Kalau dapat uang yang meragukan, ingat 3D,” ucapnya. 3D merupakan kependekan dari dilihat, diraba, dan diterawang.
Dari pantauan BI, tren uang palsu menurun. Pada 2014 ditemukan sembilan uang palsu dari satu juta uang yang beredar. Sedangkan pada 2015 jumlahnya menjadi 21 per satu juta uang yang beredar. “Itu akibat kasus uang palsu besar-besaran di Jember,” tutur Suhaedi. Sedangkan hingga Mei 2016, ada lima lembar uang palsu dari satu juta lembar uang yang beredar.
Adapun untuk periode Ramadan dan Lebaran tahun ini, BI memprediksi jumlah outflow sebesar Rp 160,4 triliun. Angka tersebut meningkat 14,5 persen dari Rp 140 triliun pada tahun lalu. Sedangkan untuk inflow, BI memprediksi tahun ini sebesar Rp 29,2 triliun; meningkat 14,1 persen dari Rp 26,2 triliun pada tahun lalu.
BAGUS PRASETIYO