TEMPO.CO, Cirebon - Tingginya harga gula pasir saat ini karena bertepatan dengan habisnya stok di pabrik, sedangkan proses penggilingan baru dimulai. “Masa giling baru dimulai,” kata Corporate Secretary PT PG Rajawali II Tamino, Jumat, 3 Juni 2016.
Masa giling dimulai pada 21 Mei lalu di tiga pabrik gula. Yakni Pabrik Gula (PG) Jatitujuh, PG Subang, dan PG Tersana Baru. Sedangkan PG Sindanglaut baru akan melakukan giling pada Ahad, 5 Juni 2016. Saat ini sudah didapat 2.100 ton gula pasir.
Tamino mengatakan, sejak awal Mei, pabrik gula di PT PG Rajawali II sudah tidak memiliki stok lagi. “Semua stok sudah di distributor.” Pada saat bersamaan, waktu itu sudah menjelang Ramadhan. Kondisi ini diperkirakan menjadi penyebab harga gula di pasar terus naik.
Harga gula saat ini Rp 15-16 ribu per kilogram. Diakui Tamino, harga gula pasir ini cukup tinggi, bahkan tertinggi dalam sejarah harga gula. “Karena itu, operasi pasar diperlukan untuk menurunkan harga.”
PT PG Rajawali II diperintahkan menggelontorkan 24 ton gula pasir untuk operasi pasar pada 3 dan 4 Juni 2016. Pelaksanaan operasi pasar dilakukan di 12 pasar tradisional di wilayah PG Subang, PG Jatitujuh, PG Tersana Baru, PG Sindanglaut, dan di tiga pasar tradisional di Kota Cirebon, tempat PT PG Rajawali II berkantor.
Selama musim giling tahun ini, PG Rajawali II menargetkan 100 ribu ton gula dari empat pabrik gula itu. Produksi dihasilkan dari 20 ribu hektare tanaman tebu di wilayah PT PG Rajawali II, dari tebu milik petani ataupun milik pabrik gula. “Tahun depan kami targetkan penambahan 400 hektare tanaman tebu,” kata Tamino. Penambahan ini dihasilkan dari lahan yang tidak produktif dan lahan milik Perhutani.
IVANSYAH