TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kabupaten Bandung mendorong para petani di wilayahnya memaksimalkan pemasaran hasil panen melalui Toko Tani, usaha di bawah naungan pemerintah, yang dipastikan memiliki nilai jual lebih tinggi.
Bupati Bandung Dadang M. Naser mendorong para petani menjual hasil pertaniannya ke Toko Tani yang telah berdiri di tujuh kecamatan di Kabupaten Bandung. Menurut dia, penjualan ke Toko Tani akan lebih menguntungkan para petani dibandingkan dengan menjualnya ke tengkulak atau langsung ke pasar. Selain itu, keberadaan Toko Tani diharapkan bisa mampu mengendalikan harga pangan dan inflasi yang selalu melambung saat bulan puasa dan Lebaran.
"Harga pangan dari petani harus mahal biar mereka sejahtera, tapi harus tetap terjangkau oleh masyarakat. Solusinya, petani bisa langsung menjual hasil panennya ke Toko Tani tanpa melalui tengkulak," ujar Dadang, Rabu, 1 Juni 2016.
Dia mencontohkan, selama ini petani menjual beras dengan harga Rp 6.000 per kilogram. Kemudian tengkulak dan pedagang menjualnya sampai Rp 10 ribu per kilogram.
Adapun di Toko Tani, beras dijual petani Rp 7.500 per kilogram, sehingga petani meraih untung lebih besar dan pembeli bisa mendapat beras dengan harga murah. Selain beras, bawang merah juga dijual di Toko Tani Rp 15-20 ribu per kilogram, padahal harga di pasaran mencapai Rp 40 ribu per kilogram.
Dengan menjual Rp 20 ribu per kilogram, petani sudah meraih untung besar karena biasanya menjual Rp 15 ribu per kilogram kepada tengkulak. Dadang menyebutkan Toko Tani saat ini terdapat di sejumlah kecamatan, seperti Cimaung, Solokanjeruk, Majalaya, Cicalengka, Rancaekek, Kutawaringin, dan Ciparay, dan ditargetkan dibangun lagi di 24 kecamatan lain.
"Toko Tani ini harga pangan tidak boleh lebih dari yang ditentukan karena pemerintah memberikan subsidi dari bibit, fasilitas, hingga pembinaannya. Selanjutnya kami akan bangun dengan yang lebih besar, berupa pasar agro," tutur Dadang.
Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat meminta pemerintah mengambil solusi jangka pendek untuk mengendalikan harga kebutuhan pokok masyarakat menjelang Ramadan. Ketua Harian HKTI Jawa Barat Entang Sastraatmadja mengemukakan bahwa kebijakan yang diambil berupa pasokan produksi pada tingkat hulu, seperti sayuran dan daging.
Dengan demikian, saat proses distribusi dilakukan, kebutuhan konsumen akan terpenuhi. "Strategi efektif itu memelihara pasokan di hulu serta konsolidasi di antara pemangku kepentingan," ucapnya.
Entang menyoroti kenaikan beberapa harga komoditas, seperti bawang merah, daging ayam, dan daging sapi, saat ini karena ketersediaan di hulu tidak dipersiapkan dengan baik. Bahkan konsolidasi antara pemerintah dan petani tidak berjalan lancar. Akibatnya, kondisi kenaikan tiga komoditas itu tidak terelakkan lagi. "Kalau pemerintah serius, harga kebutuhan pokok masyarakat tidak akan terulang setiap tahun yang naik terus," ujarnya.