TEMPO.CO, Bojonegoro - Keterlibatan militer hingga ke pedesaan untuk urusan sipil yang pernah terjadi pada masa Orde Baru kini terulang lagi. Sebanyak 8660 anggota Bintara Pembina Desa (Babinsa) dikerahkan mengawasi penjualan Gabah Kering Panen (GKP) oleh petani saat panen di 38 kota/kabupaten di Jawa Timur.
Tim Babinsa di bawah Komando Daerah Militer Brawijaya bekerjasama dengan Bulog Divisi Regional Jawa Timur, untuk menunjang pengadaan gabah dan beras. “Kita kerahkan seluruh Babinsa,” ujar Ketua Tim Peninjau Serapan Gabah Petani (Sergap) Mabes TNI Angkatan Darat, Brigadir Jenderal TNI Agus Heru di Desa Pacul, Kecamatan Kota Bojonegoro, Kamis 28 April 2016.
Tim Peninjau Sergap Mabes TNI AD, datang bersama tim dari Bulog Divisi Regional Jawa Timur serta dibantu dari tenaga ahli di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Malang. Sasarannya, berkeliling dari kota dan kabupaten di Jawa Timur yang sedang panen. Di antaranya di Kabupaten Kediri, Nganjuk dan di Bojonegoro.
Tak jelas peran Babinsa mengawasi penjualan gabah oleh petani saat penen ini, tapi selama ini petani lebih suka menjual gabah kepada pedagang dengan harga yang lebih tinggi ketimbang menjual kepada Bulog yang menyodorkan harga beli yang lebih murah. Akibatnya Bulog kekurangan stok beras.
Dengan pengawasan Babinsa itu, ditargetkan Jawa Timur bisa menyumbang pengadaaan beras sebanyak 1.050.000 ton, dan gabah sebanyak 2.100.000 ton untuk tahun 2016 ini. “Target penyerapan beras dan gabah itu, dilakukan dengan cara pengawasan saat ada panen petani,” ujar Agus.
Menurut Agus Heru, tim peninjau terus menerus berkeliling di kabupaten-kabupaten seluruh Jawa Timur. Tim bahkan mengevaluasi kinerja 33 Komandan Kodim di Jawa Timur dalam jumlah penyerapan beras dan gabah. “Jadi, Komandan Kodimnya berperan penting,” ujarnya.
SUJATMIKO