TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan auditor PT PricewaterhouseCoopers merilis survei industri minyak dan gas di Indonesia. Sacha Winzenried, Lead Advisor for Energy, Utilities, & Mining PwC Indonesia, mengatakan hasil surveinya menunjukkan upaya pemerintah dalam mengundang investasi ternyata menghadapi banyak tantangan.
Sacha mengatakan survei dikirimkan kepada 150 perusahaan aktif di industri minyak dan gas. Ada 75 perusahaan yang merespons survei ini. "Tanggapan terhadap survei menunjukkan investor menginginkan harmonisasi peraturan yang lebih baik untuk sektor minyak dan gas di seluruh kementerian yang terlibat," ujarnya di Indonesia Petroleum Association Convention and Exhibition, Jakarta Convention Center, Kamis, 26 Mei 2016.
Kementerian yang terlibat termasuk Kementerian Keuangan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, serta Kementerian Lingkungan Hidup. Responden menyatakan konsistensi antar-lembaga pemerintah terkait dengan kebijakan dan visi sangat kurang.
Ketiadaan otoritas tunggal yang dapat menyelesaikan sengketa secara obyektif di departemen dan lembaga, menurut PwC Indonesia, menjadi tantangan yang harus dihadapi industri minyak dan gas di negara ini. Selain itu, tidak ada kepastian seputar cost recovery dan audit pemerintah.
Tantangan lain adalah keabsahan kontrak dan kepastian seputar perpanjangan kontrak bagi hasil. Penerbitan peraturan mengenai perpajakan atau penggantian biaya (cost recovery) berdampak terhadap ketentuan kontrak bagi hasil. "Responden meyakini bahwa berfokus pada tantangan tersebut dapat meningkatkan daya tarik iklim investasi secara signifikan dan konsisten dengan peluang geologis Indonesia yang kuat," ucapnya.
Sacha mengatakan rezim investasi yang positif dengan kepastian peraturan perundang-undangan sangat penting dalam situasi harga minyak yang rendah seperti saat ini. Imbas hasil investasi pun menjadi faktor penting.
Menurut Sacha, dana investasi untuk minyak dan gas sangat sedikit. "Indonesia harus bersaing untuk mendapatkan alokasi dana investasi tersebut jika ingin meningkatkan produksi minyak dan gas buminya," tuturnya.
VINDRY FLORENTIN