TEMPO.CO, Banjarmasin - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan menyiapkan duit pecahan kecil dan besar sebanyak Rp 2,2 triliun untuk menyambut Ramadan dan Idul Fitri 1437 Hijriah. Kepala BI Kalimantan Selatan Harymurthy Gunawan mengatakan hitungan tersebut berdasarkan kalkulasi perbankan terhadap kebutuhan para nasabahnya.
“Jumlahnya naik dibanding kebutuhan 2015 sebanyak Rp 1,8 triliun, atau naik sekitar 21 persen. Tahun lalu, hanya terserap sekitar 90 persen,” ujar Harymurthy di kantornya, Kamis, 26 Mei 2016.
Harymurhty menuturkan, dari kebutuhan uang kartal Rp 2,2 triliun itu, Bank Indonesia akan mendistribusikan ke perbankan umum Rp 2,19 triliun. Sisanya disebar ke sistem penukaran uang lewat kantor BI Rp 44,5 miliar, kas keliling Ro 59,6 miliar, dan kas titipan Rp 150 miliar.
Ia berujar, masyarakat tidak perlu cemas kehabisan uang pecahan kecil. Bank Indonesia, kata dia, telah cermat menghitung kebutuhan uang kartal saat momen Lebaran. Hary bakal menerapkan pola layanan penukaran paket tiga-tujuh untuk mempercepat antrean di loket penukaran uang. Pola ini mengaplikasikan pecahan Rp 20 ribuan ditukar duit setara Rp 2 juta, pecahan Rp 10 ribuan ditukar duit setara Rp 1 juta, dan pecahan Rp 5.000-an ditukar duit setara Rp 500 ribu.
Selain bisa menukar uang di perbankan umum dan kantor BI, Hary merancang kas keliling bersama. Layanan ini merupakan bentuk kerja sama Bank Indonesia dengan perbankan umum di Kota Banjarmasin, yang telah ditentukan titik-titiknya. “Modal per hari Rp 3,7 miliar dengan sepuluh bank dan sepuluh loket. Masyarakat bisa menukarkan uang pada 13 Juni-1 Juli 2016,” ucap Hary.
Layanan kas luar kantor Bank Indonesia tersebar di pasar terapung, pasar terpencil, retailer, dan kas titipan di Kota Batulicin. Hary mendorong masyarakat menukar duit pecahan di kantor resmi perbankan demi menghindari kemungkinan uang palsu dan penyusutan nominal uang. Ia bakal memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat yang betul-betul butuh uang pecahan kecil.
“Kami harus gentlemen agreement. Uang enggak mungkin kurang. Tanpa maksud menduga negatif, ada kemungkinan penyusupan uang palsu di luar sistem perbankan,” tutur Hary, mengingatkan.
DIANANTA P. SUMEDI