TEMPO.CO, London - Perusahaan asuransi internasional, AXA (AXAHY), melepas investasi mereka sebesar 224 juta euro atau US$ 250 juta di sektor rokok. Salah satu firma asuransi terbesar di dunia ini juga memutuskan berhenti membeli obligasi yang diterbitkan perusahaan tembakau dan secara bertahap menurunkan saham kepemilikan obligasi yang ada senilai 1,6 miliar euro.
Dampak buruk rokok disebut-sebut menjadi pertimbangan AXA untuk menghentikan kerja samanya dengan industri tembakau. Menurut AXA, merokok menimbulkan ancaman terbesar bagi kesehatan masyarakat. Selain itu, konsumsi tembakau merupakan penyebab utama jangka panjang penyakit non-infeksi, seperti kanker, penyakit jantung, dan penyakit pernapasan kronis, yang bertanggung jawab untuk 68 persen dari angka kematian di seluruh dunia.
"Sebagai investor utama dan firma asuransi kesehatan terkemuka, AXA Group ingin menjadi bagian dari solusi, dan harapan kami adalah orang lain dalam industri kami akan melakukan hal yang sama," ujar Wakil CEO AXA Thomas Buberl, seperti dikutip dalam laman CNNMoney, Senin, 23 Mei 2016.
Namun bisnis manajemen investasi grup, AXA IM, tidak akan melarang pelanggan menginvestasikan uang mereka ke dalam tembakau. Juru bicara AXA IM mengatakan kegiatannya mencerminkan tuntutan klien, termasuk keputusan tentang perusahaan mana yang dijadikan target berinvestasi.
Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, sudah mengumumkan bahwa tembakau membunuh sekitar 6 juta orang setiap tahun. Lebih dari 5 juta perokok dan 600 ribu orang yang tidak merokok, terpapar asap rokok.
AXA memprediksi pada 2030 nanti, 8 juta orang di negara-negara berkembang akan terbunuh oleh rokok. Buberl menambahkan, meski ada tindakan yang diambil untuk membalikkan tren, tembakau sudah akan membunuh satu miliar orang di seluruh dunia selama abad ke-21.
AXA bukanlah investor besar pertama yang menolak tembakau. Sebelumnya, institusi pendidikan dengan dana abadi, seperti Harvard University dan Stanford University, sudah melakukannya terlebih dahulu.
ARIEF HIDAYAT | CNN MONEY