TEMPO.CO, Jakarta - PT Asuransi Jiwa Bringin Jiwa Sejahtera menargetkan dapat meraup premi Rp 4,6 triliun dari optimalisasi bisnis sebagai anak usaha BRI pada 2016.
Nandi Hendrian Hamaki, pelaksana tugas Direktur Utama Bringin Jiwa Sejahtera (Bringin Life), mengatakan perusahaan memasang target yang cukup agresif setelah resmi menjadi anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Pihaknya menargetkan dapat mengoptimalkan nasabah perusahaan induk yang mencapai 55 juta orang itu juga memiliki polis Bringin Life. “Kami ingin menangkap bisnis BRI,” kata Nandi, Jumat, 20 Mei 2016.
Langkah optimalisasi bisnis ini adalah, sejak awal tahun, Bringin Life telah menempatkan agennya di seluruh cabang BRI. Dengan upaya tersebut, bisnis bancassurance perusahaan tumbuh cukup baik sepanjang awal tahun ini.
Selain itu, kata Nandi, pihaknya tengah menyiapkan skema bisnis untuk menjangkau keluarga nasabah BRI. Jika selama ini hanya penerima kredit yang dilindungi dengan asuransi jiwa, perusahaan menyasar melindungi istri dan anak-anak penerima kredit.
Perusahaan juga akan menggarap nasabah yang kreditnya telah lunas dan menjangkau keluarganya. Meski begitu, ia tidak menyebutkan potensi premi yang dapat diraup dengan model bisnis ini.
Hingga triwulan I 2016, premi bruto Bringin Life tercatat Rp 610,21 miliar. Sedangkan pada akhir tahun lalu premi yang diperoleh tercatat Rp 2,41 triliun. Perusahaan juga telah membayar klaim Rp 446,59 miliar. Pada Maret 2016, Bringin Life mencatatkan laba Rp 31 miliar. Sedangkan akhir tahun lalu laba perusahaan mencapai Rp 484,65 miliar.
Asmawi Syam, Direktur Utama BRI, menuturkan perusahaan menyiapkan Rp 500 miliar dalam lima tahun untuk mendorong Bringin Life menjadi perusahaan asuransi jiwa dengan pemegang polis terbesar. Dia menjelaskan, jika Bringin berhasil meyakinkan seperempat nasabah BRI, posisi pemegang polis terbesar sudah dapat diraih.
Dia mengatakan perusahaannya akan menjadikan Bringin Life mengikuti role bisnis BRI. Meski melayani semua sektor ekonomi, BRI lebih kuat di pasar keuangan mikro. "Small is beautiful," katanya.
Asmawi mengatakan untuk merealisasi target menjadi yang terbesar ini dibutuhkan teknologi, pengalaman, dan model bisnis. Semua prasyarat ini telah terpenuhi dengan memanfaatkan jaringan BRI.
Baca juga:
Karyawati Diperkosa & Dibunuh dengan Cangkul: Inilah 3 Setan Pemicunya
Kasus Kopi Maut: Gawat, Ini Alasan Jessica Bisa Lepas!