TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun depan bisa mencapai 5,3-5,9 persen. Proyeksi ini lebih tinggi ketimbang yang dipatok dalam asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2016 sebesar 5,3 persen.
Hal ini dikatakan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro saat menyampaikan pengantar dan keterangan pemerintah atas kerangka ekonomi makro serta pokok-pokok kebijakan fiskal tahun anggaran 2017. "Penyusunan dokumen ini sudah diselaraskan dengan arah kebijakan dan program-program pembangunan yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah 2017," kata Bambang saat ditemui di Nusantara I Kompleks Parlemen, Senayan, Jumat, 20 Mei 2016.
Bambang menyampaikan gambaran umum asumsi dasar ekonomi makro tahun 2017. Ia memperkirakan pertumbuhan itu akan berada pada 5,3-5,9 persen. "Sejalan dengan pemulihan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2017 diperkirakan lebih baik daripada 2016."
Adapun langkah pemerintah dalam menjaga stabilitas harga, terutama bahan pokok dan energi, menjadi kunci pelaksanaan program-program pengendalian inflasi. Karena itu, Bambang menyebut koordinasi kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil yang semakin baik adalah modal kuat. Maka inflasi 2017 diperkirakan bergerak pada 3-5 persen.
Bambang juga menyinggung stabilitas nilai tukar rupiah dalam pidatonya. Pemerintah memproyeksikan rata-rata nilai tukar rupiah pada 2017 berada di level 13.650-13.900 per dolar Amerika Serikat. Hal ini sudah mempertimbangkan berbagai risiko yang menghambat pergerakan nilai tukar rupiah, baik eksternal maupun internal.
Mengenai perkiraan harga minyak mentah Indonesia (ICP), Bambang memperkirakan hal itu akan bergerak dengan pergerakan harga minyak dunia dengan rata-rata harga ICP diperkirakan berada pada US$ 35-45 per barel. "Permintaan minyak diperkirakan akan meningkat karena peningkatan kebutuhan energi dalam rangka pemulihan ekonomi global."
Sedangkan tentang lifting minyak dan gas bumi 2017 diperkirakan mencapai 1.790-1.910 ribu barel per hari, terdiri atas lifting minyak bumi 740-760 ribu barel per hari dan lifting gas bumi 1.050-1.150 barel per hari.
Untuk pokok-pokok kebijakan fiskal 2017, pemerintah akan menghadapi tantangan seperti terbatasnya ruang fiskal untuk menopang belanja produktif dan prioritas, penyerapan belanja yang belum sepenuhnya optimal, dan pemberian subsidi yang lebih tepat sasaran. Lalu, menurut Bambang, tantangan lain adalah pengendalian belanja yang bersifat mengikat dan pengendalian keseimbangan primer.
Bambang menuturkan strategi untuk kebijakan fiskal 2017 adalah, pertama, meningkatkan kualitas stimulus fiskal, baik melalui sisi pendapatan negara, belanja negara, maupun pembiayaan. Kedua ialah memantapkan daya tahan fiskal melalui penyediaan bantalan fiskal dan meningkatkan fleksibilitas dalam pengelolaan fiskal. Terakhir adalah menjaga kesinambungan fiskal serta mengendalikan risiko dalam jangka menengah dan panjang melalui pengendalian defisit, rasio utang, serta keseimbangan primer.
DIKO OKTARA