TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Iran berencana meningkatkan kerja sama perdagangan dengan Indonesia. Menteri Ekonomi dan Keuangan Iran Tayeb Zadeh Nia mengatakan hubungan ekonomi kedua negara hingga saat ini berjalan baik. Dari sisi kebijakan politik, Indonesia-Iran juga mempunyai pandangan yang tidak jauh berbeda.
"Kedua negara memiliki pandangan yang moderat dalam berbagai hal yang mungkin terjadi," kata Tayeb di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Kamis, 19 Mei 2016. Menurut dia, sebelum Iran terkena sanksi ekonomi, hubungan kedua negara terjalin cukup luas. Namun, begitu sanksi berlaku, hubungan kerja sama pun menjadi turun.
Tayeb menyatakan, sebelum terkena sanksi, nilai perdagangan Indonesia-Iran menyentuh angka US$ 2 miliar. Ke depan, Iran ingin kembali mengejar target itu. "Kami yakin, dalam jangka menengah, nilai perdagangan bisa mencapai US$ 5 miliar," ucapnya.
Beberapa sektor yang bisa ditingkatkan kedua negara, ujar Tayeb, ialah komoditas, jasa, industri, pembangkit listrik, dan infrastruktur. Kerja sama pengembangan teknologi nano dan biologi pun bisa dijalin. "Kami melihat tidak ada keterbatasan apa pun untuk memperluas hubungan ekonomi dengan Indonesia," tutur Tayeb.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan Indonesia mempunyai kesempatan yang luas bekerja sama dengan Iran setelah negara di kawasan Teluk ini lepas dari sanksi ekonomi. Sektor energi, yaitu perdagangan minyak, akan menjadi hal yang disoroti. "Sekarang kami ingin perbaiki sektor perbankan," katanya.
Kalla tak secara detail menjelaskan bentuk kerja sama di bidang perbankan. Ia menilai bebasnya Iran dari sanksi ekonomi akan membuka perdagangan menjadi lebih bebas.
Tayeb mengunjungi Indonesia bersama tiga delegasi Iran lain. Pertemuan berlangsung cukup singkat, yaitu sekitar 30 menit. Selain membahas ekonomi, Tayeb menyatakan kedua negara berkomitmen menangkal aksi terorisme dan radikalisme.
ADITYA BUDIMAN