TEMPO.CO, Subang - Ribuan hektare sawah teknis di Kecamatan Pagaden, Pagaden Barat, dan Subang, Jawa Barat, terancam gagal melakukan percepatan tanam musim gadu. Penyebabnya, aliran air irigasi dari bendung Leuwinangka yang berfungsi mengairi 4.387 hektare lahan di tiga kecamatan tersebut seret.
Kepala Bidang Sumber Daya Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Subang Hendrawan mengatakan seretnya suplai air ke areal persawahan tersebut disebabkan pengerjaan tanggul darurat yang dikerjakan Balai Besar Wilayah Sungai Citarum tidak kunjung selesai.
"Padahal janjinya tanggul darurat tersebut akan diselesaikan medio Mei ini. Tapi, realita di lapangan, pesimistis bisa beres sesuai jadwal," kata Hendrawan, Rabu, 18 Mei 2016.
Jika hal itu terjadi, areal sawah yang bisa ditanami dalam masa percepatan paling banter 30 persen dari total luas areal yang ada. Artinya, kata Hendrawan, Subang akan kehilangan produksi gabah 19 ribu ton lebih pada musim gadu ini. Kalkulasinya setiap hektare memproduksi gabah kering giling enam ton. "Lumayan banyak lah jika dikaitkan dengan pencapaian target gabah kabupaten," ujarnya.
Rasmanah, seorang petani Desa Margahayu, Kecamatan Pagaden Barat, mengaku sampai sekarang dia dan petani lain di desanya masih belum bisa mengolah lahan sawah musim tanam gadu. "Kiriman air dari irigasi Leuwinangka-nya enggak nyampe," katanya.
Ada pun air hujan yang jadi andalan buat mengolah sawahnya, sudah mulai telat turun karena hujannya sudah jarang dan akhirnya lahan sawahnya dibiarkan menganggur. "Jadinya, ya sudah pasrah saja," ujar Rasmanah. Kalau suplai air tidak jalan dipastikan dia tak menggarapnya.
Ia menyebutkan, jika dalam kondisi normal seperti musim tanam rendeng lalu, hasil panen dari sawah miliknya per hektarenya rata-rata mencapai enam ton gabah kering giling.
NANANG SUTISNA