TEMPO.CO, Jakarta - Memasuki hari kedua kunjungan Presiden Joko Widodo ke Korea Selatan, rombongan Indonesia bertemu dengan para pengusaha. Pertemuan itu bertajuk forum bisnis "Morning Tea with President Jokowi" di Berkeley Suite, Hotel Lotte, Senin, 16 Mei 2016.
Dalam pidatonya, Jokowi mengajak para pengusaha Korea Selatan berinvestasi di Indonesia. Pemerintah Indonesia sedang serius memperbaiki iklim investasi. "Saya akan terus mereformasi, menyederhanakan perizinan, dan membuat perekonomian Indonesia lebih terbuka," kata Presiden dalam rilis yang diterima Tempo.
Mantan Wali Kota Solo itu menyatakan, hingga 2019, pemerintah fokus membangun infrastruktur yang diklaim terbesar dalam sejarah. Di hadapan para pengusaha Korea, Jokowi menyebutkan beberapa proyek infrastruktur, seperti pembangunan pembangkit listrik 35 ribu megawatt, 163 pelabuhan baru, dan 621 mil jalan tol baru. Lalu ada pembangunan 2.024 mil rel kereta baru, sistem irigasi untuk 1 juta hektare lahan, dan 49 bendungan untuk mendukung sistem irigasi.
Agar program itu berjalan mulus, kata Presiden, diperlukan upaya reformasi ekonomi, yang meliputi deregulasi sejumlah aturan penghambat investasi di Indonesia. Sebanyak 12 paket kebijakan sudah dikeluarkan. Beberapa kebijakan itu di antaranya mencakup port clearance (izin berlayar) yang lebih cepat, biaya listrik yang lebih rendah untuk industri, serta penerbitan daftar negatif investasi.
Saat memberikan pidato, Jokowi sempat melontarkan kalau dia dan anaknya, Kahiyang Ayu, penggemar Korea Selatan. Jokowi sempat menunjukkan foto saat menonton konser SHINee dua tahun lalu. "Ini Ayu, saya, bersama Choi Min-ho (anggota SHINee)," katanya di hadapan pengusaha Korea.
Tak hanya itu, saat masih menjadi pengusaha furnitur, Jokowi mengagumi semangat kerja warga negara Korea Selatan. Ia menceritakan pernah mempekerjakan manajer pabrik berkewarganegaraan Korea. "Dalam tiga tahun, ia meningkatkan produktivitas pabrik saya dua kali lipat," katanya.
Dalam lawatan ini, Presiden didampingi Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Perdagangan Thomas Lembong, Kepala BKPM Franky Sibarani, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional Sutrisno Bachir, serta Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Korea John A. Prasetio.
ADITYA BUDIMAN