TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo menilai kelesuan ekonomi dunia yang terus berlangsung hingga saat ini adalah waktu yang tepat bagi Indonesia untuk berbenah.
“Termasuk membenahi infrastruktur,” kata Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki menirukan ucapan Presiden, dalam diskusi mengenai program pembangkit listrik 35 ribu megawatt, di kantornya, Kamis, 12 Mei 2016.
Dia menuturkan, Presiden Jokowi mengandalkan tiga program besar untuk memanfaatkan pelemahan ekonomi. Pertama, menggenjot pembangunan infrastruktur listrik, jalan, pelabuhan, bandar udara, dan kawasan ekonomi khusus.
Kedua, memangkas regulasi atau deregulasi demi memberikan kemudahan bagi pelaku bisnis. “Program ketiga adalah menyiapkan sumber dana manusia yang berkualitas,” kata Teten.
Ia menyebutkan, salah satu proyek infrastruktur yang mendapat perhatian serius pemerintah adalah listrik. Melalui program pembangunan pembangkit listrik 35 ribu MW, kata Teten, pemerintah hendak menjamin pasokan listrik bagi investor, pengusaha kecil dan menengah, serta masyarakat.
“Pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi naik dari 88 persen pada 2015 menjadi 97 persen pada akhir 2019,” ujarnya.
Setelah bertemu dengan Jokowi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jumat, 13 Mei 2016, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said mengatakan Presiden Joko menginginkan evaluasi menyeluruh atas proyek pembangunan pembangkit listrik 35 ribu MW.
Permintaan evaluasi, kata Sudirman, disampaikan lantaran kalangan dunia usaha mempertanyakan realisasi proyek listrik tersebut. Beberapa poin evaluasi menyangkut proses tender, keuangan, dan pengelolaan di PT PLN. "Terutama kebijakan yang memudahkan harus dijaga," kata Sudirman.
EFRI RITONGA