TEMPO.CO, Jakarta - Tembaga memimpin kejatuhan harga logam industri lainnya dan merosot dalam enam sesi perdagangan terakhir seiring dengan jatuhnya impor Cina dari level tertinggi.
Pada perdagangan Senin (9 Mei 2016) pukul 15:46 WIB harga tembaga Comex terkoreksi 3,15 poin atau 1,46% menjadi US$211,95 per pon. Angka tersebut menunjukkan sepanjang tahun berjalan harga sudah naik 1,92%.
Di Shanghai Future Exchange (SHFE) harga tembaga menurun 330 poin atau 0,90% menuju ke 36.230 yuan per ton. Artinya, sepanjang tahun berjalan harga sudah meningkat 0,89%.
Menurut data bea cukai Cina, pembelian tembaga mentah dan olahan pada April merosot 21% menjadi 450.000 ton dibandingkan Maret sejumlah 570.000 ton. Namun, selama empat bulan pertama 2016, impor mencapai 1,88 juta ton atau bertumbuh 23% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya (yoy).
Impor bijih tembaga dan konsentrat turun 8% menjadi 1,26 juta ton pada April dibandingkan bulan sebelumnya. Akan tetapi, dalam empat bulan pertama 2016, pembelian naik 31% menjadi 5,27 juta ton dari tahun sebelumnya.
Harga tembaga melemah 4,8% pekan lalu yang menjadi penurunan paling curam sejak 20 November 2015, akibat meningkatnya kekhawatiran tentang kapasitas penyerapan Negeri Panda. Pemerintah setempat pun berusaha mengontrol agar harga komoditas tidak semakin volatil.
Analis Shenyin & Wanguo Futures Co., Li Ye menuturkan, produk logam sedang dalam masa koreksi yang cukup besar setelah reli yang terjadi baru-baru ini. Secara umum, sentimen terhadap komoditas masih pesimistis.
"Impor tembaga turun karena penutupan arbitrase, sementara stok naik. Ini pertanda bearish bagi pasar," ujarnya, Senin (9 Mei 2016).
Laporan Komoditas Mingguan Ducascopy menuliskan, tembaga untuk pengiriman Juli menunjukkan performa positif dua pekan lalu akibat melemahnya mata uang dolar AS. Dolar meluncur setelah adanya indikasi The Fed tidak akan menaikkan suku bunga secara agresif di tengah proyeksi ekonomi global yang belum pulih.
Namun, reli harga terbentur kekhawatiran menurunnya permintaan dari China dan bertambahnya persediaan Cina. Meskipun demikian, harga tembaga Comex berhasil naik 0,37% secara mingguan.
Bank Dunia dalam Commodity Market Outlook menyatakan rerata harga tembaga sepanjang kuartal I/2016 terkoreksi 4% dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun, pada periode Februari-Maret sempat terjadi reli karena menurunnya persediaan di LME dan meningkatnya permintaan impor Cina.
Secara keseluruhan pasokan global masih surplus meskipun ada sejumlah pemotongan produksi yang berujung pada tertekannya harga. Kapasitas produksi baru akan meningkat lagi dalam 2-3 tahun ke depan.
Dari segi harga, rerata nilai jual tembaga di Januari 2016 ialah US$4.472 per ton yang kemudian meningkat pada Februari 2016 sebesar US$4.599 per ton. Meskipun demikian, Bank Dunia memprediksi harga pada akhir tahun ini hanya mencapai US$5.000 per ton, jatuh 10,2% dibandingkan 2015 senilai US$5.510 per ton.