TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik Sasmito Hadi Wibowo memaparkan perbedaan sensus ekonomi 2016 dengan sensus ekonomi 2006. Menurut dia, pada 2006, sensus ekonomi hanya dilaksanakan untuk sembilan sektor ekonomi.
"Sekarang menjadi 17 sektor. Aktivitas-aktivitas yang pada 2006 tidak ada, seperti online dan waralaba, sekarang sudah ada," ujar Sasmito setelah melakukan sensus di kediaman Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution di Jalan Widya Chandra IV, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Ahad, 1 Mei 2016.
Dengan sensus ini, ucap Sasmito, BPS akan mengetahui jumlah pengusaha online yang tersebar di seluruh Indonesia. "Sekarang kan kita tidak tahu berapa jumlah pemain online. Dengan sensus ini, kita jadi tahu berapa pemainnya hingga omzetnya," tuturnya.
Menurut Sasmito, dalam sensus ekonomi ini, BPS akan mencatat data individu. "Misalnya Go-Jek. Pengelolanya akan masuk ke sektor teknologi. Kalau tukang ojeknya, ya masuk ke sektor transportasi," katanya.
Baca Juga: Sensus Ekonomi, Pengusaha Diminta Terbuka Sampaikan Data
Sasmito menargetkan, pada Agustus mendatang, data jumlah usaha yang ada di seluruh Indonesia sudah didapat. Sementara itu, data jumlah pekerja dan total omzet ditargetkan rampung pada 15 Desember. "Pada 2017, selesai data permasalahan-permasalahan bisnisnya. Semua informasi akan selesai pada 2018," ucapnya.
Pemerintah menggelar sensus ekonomi 2016 pada Mei ini. Sensus itu melibatkan sekitar 300 ribu pegawai BPS. Kepala BPS Suryamin berujar, puluhan juta pelaku usaha akan disensus. Data sensus ekonomi 2016 akan dapat menggambarkan potensi ekonomi Indonesia.
Presiden Joko Widodo meminta para pengusaha bersikap kooperatif dalam mengikuti sensus tersebut, agar BPS bisa memperoleh data yang akurat. Pengusaha tak perlu takut mengungkapkan data perusahaannya, karena sensus ekonomi ini tidak akan mengorek data perpajakan dari target sensus.
ANGELINA ANJAR SAWITRI