TEMPO.CO, Surabaya - PT Pertamina (Persero) mengekspor aspal ke Timor Leste untuk pertama kalinya, hari ini. Ekspor itu dilakukan melalui jaringan bisnis Pertamina di Timor Leste, yaitu Pertamina International Timor, SA (PITSA), sejumlah 645 drum aspal atau setara 100 Metric Ton (MT) dari Bitumen Plant Gresik.
PT Pertamina (Persero) melakukan ekspor pedana aspal ke Timor Leste sebanyak 645 drum atau setara 100 Matric Ton (MT) melalui Biutmen Plant di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, hari ini. Sebelumnya produksi aspal Pertamina hanya untuk memenuhi pasar dalam negeri.
"Kami harapkan ke depan Pertamina bisa mengambil 20 persen market share produk aspal di negara tersebut (Timor Leste) yang potensi kebutuhannya mencapai 1.000 hingga 3.000 MT per tahun," kata Vice President Petrochemical Supriyanto Dwi Utomo melalui dalam rilis tertulis, Jumat, 29 April 2016. Target itu diharapkan bisa tercapai pada akhir 2017.
Pertamina terbilang sebagai pemimpin pasar aspal dalam negeri dengan dua infrastruktur kilang. Yaitu di Kabupaten Cilacap dengan kapasitas 360.000 MT per tahun dan Biutman Plant di Kabupaten Gresik dengan kapasitas 16.000 MT per tahun. "Keberadaan kilang itu ditambah sejumlah terminal curah dan 41 mitra agen yang bekerja sama dengan Pertamina di seluruh Indonesia," ujarnya.
Sementara itu, General Manager Pertamina Marketing Operation Region V Jatim Ageng Giriyono mengatakan bisnis aspal di Indonesia sangat penuh tantangan. Namun, fungsi aspal yang dapat membuka akses ekonomi bagi bangsa Indonesia.menjadikan Pertamina bangga. “Pertamina di Region V yang meliputi Jawa Tengah, Bali, NTB, NTT Sulawesi, Maluku dan Papua, mampu menguasai 56 persen pasar aspal.”
Secara nasional, kebutuhan aspal berkisar 1,2 juta hingga 1,4 juta ton per tahun. Pertamina sendiri mampu memenuhi pasar antara 45 hingga 50 persen. "Sisa kekurangan untuk memenuhi kebutuhan nasional kita lakukan impor, meski demikian kita masih sanggup untuk ekspor,” tutur dia. Pihaknya pun berharap, ekspor ke Timor Leste bukan yang pertama dan terakhir, “namun bisa berlanjut.”
ARTIKA RACHMI FARMITA