TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan salah satu perkembangan global yang terjadi saat ini adalah semakin cepatnya interkoneksi keuangan antarnegara. Konfigurasi dari penguatan interkoneksi itu, menurut dia, bak dua sisi mata pedang.
"Di satu sisi, mendistribusikan risiko serta meningkatkan efisiensi perekonomian. Tapi interkoneksi yang semakin kuat mempercepat transmisi shock antarnegara," ujar Agus dalam Kongres Dunia Association Cambiste Internationale di Hotel Ritz-Charlton, Jakarta Selatan, Jumat, 29 April 2016.
Menurut Agus, aliran modal portofolio yang semakin cepat berdampak pada meningkatnya fluktuasi nilai tukar. Perkembangan itu, ucap dia, memberikan tantangan yang semakin kompleks kepada emerging market, termasuk Indonesia, dalam mengelola kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.
Agus menuturkan terdapat tiga sumber risiko global yang harus diwaspadai emerging market. Sebab, risiko tersebut memicu pergerakan modal portofolio global. "Pertama, perbedaan arah kebijakan moneter Amerika Serikat dengan Eropa, Jepang, dan sebagian besar emerging market," katanya.
Risiko yang kedua, ucap Agus, adalah jatuhnya harga komoditas yang terus berlanjut. Adapun risiko ketiga adalah melambatnya pertumbuhan ekonomi yang sifatnya struktural. "Yang disertai berbagai kerentanan, terutama semakin tingginya utang swasta," ujarnya.
Dengan masih tingginya tiga risiko itu, menurut Agus, International Monetary Fund pun merevisi prospek perekonomian dunia pada 2016-2017 menjadi 3,2 persen dan 3,5 persen. "Revisi itu bersumber dari terus melemahnya ekonomi emerging market yang berkontribusi sekitar 70 persen dalam pertumbuhan ekonomi dunia," tuturnya.
Kongres Dunia Association Cambiste Internationale-Financial Market Association (ACI-FMA) ke-55 yang mengangkat tema "Value in Diversity" ini merupakan wadah bagi para profesional keuangan dari seluruh dunia untuk membangun jejaring serta mendiskusikan kesempatan dan tantangan bisnis saat ini.
Kongres yang dibuka Wakil Presiden Jusuf Kalla itu juga diisi Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman Hadad, dan Direktur Utama CT Corporation Chairul Tanjung.
ANGELINA ANJAR SAWITRI