TEMPO.CO, Jakarta - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui salah satu organnya di Asia-Pasifik, UN ESCAP (Economic and Social Commission for Asia and the Pacific ) memproyeksikan Indonesia akan menjadi pusat bisnis di kawasan Asia-Pasifik. Proyeksi ini tak terlepas dari negara Indonesia yang merupakan negara berkembang dengan demografi dan geografi yang sangat besar.
Pada Rabu, 27 April 2016, UN ESCAP menggelar pemaparan hasil survei mereka di Hotel Ibis, Jakarta. Acara ini juga dirangkai dengan diskusi publik dengan menghadirkan Larry Maramis (Penasihat Regional ESCAP), Adrianus Mooy (Mantan Gubernur BI), dan Perry Warjio (Deputi Senior BI).
Dari hasil survei yang dipaparkan ini, disebutkan bahwa Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk menjadi pusat bisnis di ASEAN dan di kawasan Asia-Pasifik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tahun 2015 mencapai 4,8 persen dengan luas kawasan dan angkatan kerja yang begitu banyak menjadi alasan proyeksi jangka panjang ini.
“Indonesia mempunyai daerah geografis yang sangat luas serta didukung dengan tenaga kerja dan industri yang hampir merata di setiap bidangnya,” kata Larry Maramis. Proyeksi ini memang disasar untuk negara berkembang dengan posisi yang strategis seperti Indonesia.
Sementara itu, mantan Gubernur BI Adrianus Mooy menyatakan optimistis dengan rencana panjang PBB tersebut. Menurut ekonom ini, Indonesia memang sudah harus berbenah untuk menjadi negara dengan pusat bisnis kawasan. “Kita sudah punya infrastruktur untuk menjadi pusat bisnis di Asia-Pasifik di tahun 2030 nanti,” katanya.
Proyeksi ini juga akan sejalan dengan proyek PBB lainnya melalui UN ESCAP, yaitu dengan menerapkan sustainable development goals atau tujuan pembangunan berkelanjutan dengan menyasar negara-negara berkembang dengan jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia.
Saat ini, prospek ekonomi di wilayah Asia-Pasifik secara umum dapat dikatakan stabil. Diprediksi akan ada kenaikan pertumbuhan ekonomi moderat dari negara-negara berkembang Asia-Pasifik, dari 4,8 persen pada tahun 2015 menjadi 5 persen pada 2017 nanti.
LUCKY IKHTIAR RAMADHAN