TEMPO.CO, Jakarta - Penasihat Regional Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (ESCAP) di ASEAN Larry Maramis menyatakan prospek ekonomi di kawasan itu akan stabil, tapi diliputi ketidakpastian. "Untuk itu dilihat di dalam permintaan domestik," kata Larry saat ditemui di Hotel Ibis, Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Kamis, 28 April 2016.
Dari hasil survei ekonomi dan sosial Asia dan Pasifik 2016 yang dilakukan salah satu Badan di Persatuan Bangsa-Bangsa atau PBB bernama Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (ESCAP), disebutkan bahwa permintaan domestik perlu berperan lebih besar dalam menyokong pertumbuhan negara-negara di kawasan Asia-Pasifik ke depan. Namun permintaan domestik juga diantisipasi akan masih terbatas.
Situasi ini sebagian disebabkan tingkat utang rumah tangga dan perusahaan yang relatif tinggi serta terakumulasi dengan cepat dalam beberapa tahun terakhir. Ke depan, porsi besar dari pendapatan rumah tangga dan perusahaan akan disalurkan untuk pembayaran utang, yang membatasi dorongan untuk meningkatkan permintaan domestik.
Sedangkan untuk faktor risiko, Larry mengatakan, masih akan dipengaruhi perlambatan ekonomi Cina. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi 2016 dan 2017 diperkirakan akan berada pada angka 4,8 persen dan 5 persen dari perkiraan 2015 sebesar 4,6 persen.
Pemulihan ekonomi berbasis ekspor, menurut dia, juga masih lemah secara umum pada tahun ini karena beberapa hal. "Sebab, prospek mitra ekonomi seperti Jepang dan Uni Eropa juga masih lemah," tutur Larry.
DIKO OKTARA