TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo menilai sistem cluster pada komoditas pangan efektif meningkatkan produksi dan meminimalkan kelangkaan produk sehingga dapat menekan laju inflasi.
“Ada lebih dari seratus cluster dan itu adalah bentuk terobosan yang bisa digunakan sebagai contoh untuk ditiru masyarakat Indonesia,” ujar Agus di gedung BI, Senin, 25 April 2016. Ia pun berharap sistem cluster ini dapat membuat harga pangan yang bergejolak menjadi stabil.
Agus mengilustrasikan, selama ini Indonesia mengimpor bawang putih. Setelah memakai sistem cluster, dalam 1 hektare tanah bisa diproduksi 22 ton bawang. "Itu artinya, Indonesia tidak perlu bergantung pada impor, asalkan kita bisa menjaga produksi nasional."
Baca Juga: BI: Bawang Merah Penyumbang Terbesar Inflasi Maret
Agus menambahkan, metode Hazton, yang dikembangkan di Pontianak, terbukti meningkatkan produksi beras hingga dua kali lipat. “Tadinya 1 hektare menghasilkan 4 ton, kini meningkat jadi 8 ton,” tuturnya.
Ihwal inflasi, Agus mengatakan, inflasi pada Maret sebesar 0,19 persen. Ini diakibatkan tingginya tekanan dari volatile food. Inflasi Maret tercatat lebih tinggi dibanding pada Februari, yang mengalami deflasi 0,09 persen. Sedangkan untuk inflasi volatile food periode Maret 2016 tercatat sebesar 0,75 persen atau 9,59 persen year-on-year.
BAGUS PRASETIYO