TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Diaspora Indonesia Dino Patti Djalal mengatakan salah satu kelemahan produk-produk yang dijual dalam ajang Inacraft adalah ragamnya yang terlalu sama. Menurut dia, seharusnya dalam ajang sebesar ini, para pelaku usaha menunjukkan keunikan masing-masing.
"Harus menonjolkan keunikan, hal yang beda dari yang lain," kata Dino saat ditemui di lokasi penyelenggaraan Inacraft 2016 di Jakarta Convention Center, Ahad, 24 April 2016. Ia melanjutkan, adanya pembeda itu akan membantu pelaku usaha menarik pengunjung.
Dino mencontohkan, ada tas kulit yang belum rapi dari sisi tampilan. Ia melihat produk tersebut jika dilihat konsumen tentu akan dilewati begitu saja. "Masih belum standar internasional, belum rapi," ucapnya.
Dino berujar, hal ini terjadi karena masih kurang baiknya tenaga kerja di Indonesia yang terlatih, yakni hanya 5 persen dari jumlah tenaga kerja di Indonesia. Angka ini, menurut dia, harus coba ditingkatkan oleh pemerintah menjadi 10 persen.
Cara untuk mengatasinya adalah melakukan pelatihan kepada para tenaga kerja itu. "Misalnya ada produk kulit baru yang harus dijahit khusus, dan di Indonesia belum ada mesin jahitnya, atau ada mesin tapi orangnya enggak bisa mengoperasikan."
Jika itu sudah tercapai, kata Dino, yang harus dilakukan adalah mengundang investor untuk membeli produk-produk kerajinan Indonesia. "Bisa dikoordinasikan dengan KBRI atau KJRI," ujarnya.
DIKO OKTARA