TEMPO.CO, Jakarta - Analis First Asia Capital, David Sutyanto, mengatakan indeks harga saham gabungan (IHSG) berpeluang melanjutkan tren bullish dalam perdagangan Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa, 19 April 2016. IHSG menguji resistan di level 4.910 dengan support saat ini di angka 4.820.
"Rendahnya risiko pasar saham global dan rebound harga minyak mentah tadi malam membuka ruang bagi pelaku pasar untuk kembali memburu sejumlah saham," kata David, dalam keterangan tertulis, Selasa, 19 April 2016. Saham tersebut adalah saham sektor energi dan tambang logam.
Menurut David, pasar meyakini Bank Indonesia (BI) pekan ini akan kembali menahan tingkat bunga acuannya di level 6,75 persen. Ia mengatakan saham sektoral yang sensitif interest-rate, seperti properti dan perbankan, akan mendapatkan momentum penguatannya kembali.
IHSG, dalam perdagangan kemarin, berhasil melanjutkan tren bullish, meski pasar saham kawasan Asia merespons negatif jatuhnya harga minyak mentah. IHSG naik 0,87 persen atau 41,966 poin ke level 4.865,534.
Aksi beli pemodal, terutama yang menyasar saham perbankan, infrastruktur, konsumsi, dan properti, berhasil. Pemodal asing mencatatkan pembelian bersih Rp 329,7 miliar di tengah perdagangan pasar reguler yang mencapai Rp 4,4 triliun.
Menurut David, penguatan IHSG kemarin bersifat anomali. Pergerakan di pasar saham Asia umumnya terkoreksi. Harga minyak mentah anjlok hingga 6 persen di angka US$ 37,99 per barel pada awal perdagangan.
Kejatuhan harga minyak mentah merupakan reaksi atas tidak tercapainya kesepakatan pembatasan produksi pada pertemuan produsen minyak dunia pada Minggu sebelumnya di Doha, Qatar. The MSCI Emerging Market Index, dalam perdagangan sore kemarin, terkoreksi 0,3 persen di level 844,18.
Adapun bursa global tadi malam berhasil rebound. Harga minyak mentah rebound setelah anjlok. Harga minyak mentah di Amerika tadi malam berada di angka US$ 39,78 per barel, terkoreksi 1,44 persen setelah sempat anjlok sekitar 6 persen. Rebound harga minyak mentah tersebut terutama dipicu pemberitaan Kuwait yang akan memotong produksi minyaknya hingga 1,1 juta barel per hari menjadi 3 juta barel per hari.
Indeks DJIA dan S&P di Wall Street tadi malam masing-masing menguat 0,6 persen di angka 18.004,16 dan 2.094,34. Indeks DJIA untuk pertama kalinya berhasil berada di atas 18 ribu sejak perdagangan 20 Juli 2015.
VINDRY FLORENTIN