TEMPO.CO, Jakarta - yang sangat besar.
"Mungkin saat ini sangat sulit membayangkan, bahwa produk-produk lifestyle kita mampu menjadi industri besar dan mampu menembus bahkan diterima pasar Cina, namun itu tren yang saya lihat," katanya, kepada Antara di Beijing, Kamis (24 Maret 2016).
Melalui layanan pesan singkat, di sela Forum Boao di Hainan, Cina, Mendag Thomas Lembong mengatakan Cina sedang mengalihkan ekonominya dari sektor produksi kepada sektor konsumsi.
Baca juga: Facebook Bisa Mendeteksi Akun Penipu
"Maka kita pun harus beralih ke produksi barang konsumsi yang diminati konsumen Cina. Ekspor kita ke Cina harus berbeda sama sekali dengan masa lalu, meski kita tetap akan mengekspor komoditas seperti minyak nabati sawit (CPO), namun saya prediksi kita akan semakin banyak ekspor produk lifestyle," katanya.
Thomas Lembong mengatakan kinerja perdagangan Indonesia-Cina masih mengalami defisit cukup besar di pihak Indonesia yakni sekitar14 miliar dolar AS setiap tahun.
"Tentunya, defisit ini diakibatkan anjloknya harga komoditas yang kita ekspor ke Cina. Dan kini kedua pihak harus bekerja keras guna menyeimbangkan hubungan serta kerja sama ekonomi kedua negara," tuturnya.
Mendag mengemukakan ada beberapa cara untuk menyeimbangkan hubungan serta kerja sama kedua negara, semisal melalui pariwisata dan investasi.
"Jika dana kita sekitar 14 miliar dolar AS keluar ke Cina, namun kemudian kembali dalam bentuk investasi, maka hubungan serta kerja sama ekonomi kedua negara menjadi imbang. Begitu pun, jika banyak turis Cina datang ke Indonesia, maka pendapatan dari pariwisata akan mampu menyeimbangkan hubungan ekonomi Indonesia dan Cina," ungkap Lembong.
Berdasar data Imigrasi Cina, impor Cina dari Indonesia pada 2015 tercatat 19,8 miliar dolar AS, sedangkan ekspor Cina ke Indonesia pada periode yang sama tercatat senilai 34,4 miliar dolar AS.
Pameran di Chengdu
Indonesia menampilkan produk makanan dan minuman unggulan dalam Pameran ke-94 Makanan dan Minuman Cina (China Food and Drinks Fair/CFDF) di Chengdu, Cina pada 24 hingga 26 Maret 2016.
Atase Perdagangan Kedutaan Besar RI di Beijing, Dandy S Iswara mengatakan, CFDF merupakan pameran berskala internasional yang telah diselenggarakan sejak 1955.
Produk makanan dan minuman unggulan Indonesia, ditampilkan oleh empat perusahaan yang berpartisipasi dalam pameran tersebut, yakni PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, dengan produk Taro, Nabati, Richess, Madu dan permen jahe.
Terdapat pula PT Deli Indo Duta Sukses dengan produk lapis legit, dan kudapan lumpia udang, Fu Zhou Rui Lian Du Import and Export (coklat Delfi, Siver Queen, Cha Cha, dan biskuit Selamat), dan Xiamen Heyuanyong Import and Export (dengan produk Teh Botol Sosro, teh celup Tasseo, Fruit Tea, teh soda Tebs).
Dandy mengatakan, potensi pasar Cina untuk produk makanan dan minuman sangat besar dan terbuka lebar. "Ini dikarenakan daya beli masyarakat Cina yang terus meningkat untuk produk impor, termasuk mamin," ungkapnya.
Selain itu, telah terjadi pergeseran gaya hidup masyarakat Cina, yakni lebih menyukai produk impor berkualitas, aman dan naturallorganic, terutama makanan serta minuman dari negara-negara ASEAN.
Dandy mengemukakan, secara umum pertumbuhan konsumsi makanan ringan di Cina pada 2013-2015 berada pada kisaran 13-18 persen dengan total nilai pasar untuk produk makanan dan minuman pada 2015 mencapai 250 miliar Yuan.
"Berdasar data perdagangan Cina, impor produk makanan dan minuman pada 2015 mengalami peningkatan 35,91 persen dibandingkan 2014. Ini berarti ada potensi pemasaran yang besar untuk produk makanan dan minuman ke Cina," kata Dandy menegaskan.
ANTARA