TEMPO.CO, Jakarta - Peringatan Earth Hour tidak menurunkan beban listrik di kota-kota besar. Berdasarkan data PLN, beban listrik di Jakarta pada Sabtu, 19 Maret 2016, sekitar pukul 21.00 WIB, sebesar 5.667 megawatt (MW) atau naik 5,7 persen. Nilai ini setara dengan 328 MW. Padahal beban listrik di Jakarta pada jam yang sama pada Sabtu lalu, tercatat 5.339 MW.
Sementara untuk beban listrik di Bandung cenderung sama dengan beban tahun lalu. Beban listrik saat Earth Hour tercatat sebesar 1.407 MW. Untuk di Surabaya beban listrik saat Earth Hour pada pukul 21.00 WIB, 1.369 MW. Nilai ini justru meningkat dibandingkan beban pada Sabtu lalu di jam yang sama, yakni 1.284 MW.
"PLN mencatat, di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya tidak terjadi penurunan beban listrik saat Earth Hour," kata Senior Public Relation Manager PT PLN Agung Murdifi dalam pesan tertulisnya, Jakarta, Ahad, 20 Maret 2016.
Tak ada perubahan data beban listrik tersebut bertentangan dengan tujuan Earth Hour. Agenda yang dicanangkan World Wildlife Fund ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan listrik.
Meski demikian, Agung mengatakan, program ini sebenarnya merupakan salah satu program yang strategis untuk mengurangi konsumsi listrik. Hal ini terlihat di tahun lalu, program ini berhasil menurunkan beban listrik 165 MW atau 4,7 persen.
Menurut Agung, ada kemungkinan peningkatan listrik ini terjadi karena suhu naik. Hal ini dikarenakan bumi sudah mendekati waktu equinox. Peningkatan suhu ini bisa saja dikarenakan penggunaan AC meningkat. "Bisa jadi penyebab penggunaan listrik oleh konsumen naik," ujarnya.
Dalam rangka memperingati hari bumi, WWF mengadakan Earth Hour pada Sabtu, 19 Maret 2016, pada pukul 20.30-21.30 WIB, dengan mematikan listrik di jam tersebut. Hal ini juga didukung PLN yang mengimbau masyarakat Indonesia mematikan listrik.
Sejumlah wilayah turut memperingati perayaan ini. Di Indonesia acara Earth Hour dipusatkan di dua lokasi, yaitu Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
MAWARDAH NUR HANIFIYANI