TEMPO.CO, Malang - Bank Sampah Malang (BSM) di Jawa Timur merugi hingga Rp 20 juta setahun terakhir. Padahal pada 2014, keuntungan mereka mencapai Rp 120 juta. Kerugian terjadi setelah harga bijih plastik dan logam merosot sejak setahun lalu.
"Industri pengolahnya memilih mengimpor limbah plastik dan logam dari Singapura dan Jepang," kata pembina BSM, Rahmat Hidayat, Jumat, 18 Maret 2016.
Dia membandingkan, sampah plastik dan logam asal Singapura dan Jepang memang tergolong bersih. Berbeda dengan yang dihasilkan di Indonesia. Itu sebabnya, dia menambahkan, pengusaha belakangan memilih mengimpor dibandingkan menggunakan limbah dalam negeri.
Meski demikian Rahmat optimistis BSM tetap bertahan. Total mereka mengelola dan menampung 72 jenis sampah kering berupa limbah rumah tangga sebanyak 4-5 ton per hari. Omzetnya mencapai Rp 200 juta per bulan.
Rahmat yang juga Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sampah dan Limbah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang ini berharap agar impor limbah sampah dari Singapura dan Jepang dihentikan. Alasannya, jika harga sampah kering turun, akan mempengaruhi masyarakat dalam mengumpulkan limbah sampah rumah tangga.
Saat ini masyarakat terutama di Malang belum memiliki kesadaran penuh dalam mengumpulkan dan mengolah sampah. Padahal sistem BSM dianggap berhasil menarik minat masyarakat mengumpulkan dan mengolah sampah dari sumbernya. "Saat ini total nasabah BSM mencapai 24 ribu orang tersebar di Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu."
Mereka mengumpulkan sampah di 500 unit meliputi kelompok masyarakat di tingkat RT, RW, dan kelurahan. Para nasabah menabung uang hasil penjual sampah tersebut ke BSM. Dana diambil saat menjelang Lebaran. Uang tersebut juga digunakan untuk membeli kebutuhan pokok, membayar listrik, dan aneka kebutuhan rumah tangga lainnya.
BSM merupakan lembaga mandiri yang dikelola kelompok masyarakat meski awalnya diprakarsai Pemerintah Kota Malang. Tahap awal, pemerintah memberikan bantuan Rp 250 juta untuk biaya operasional. Sejak tiga tahun terakhir, BSM telah mandiri mengelola keuangan untuk operasional dan honorarium 30 pekerjanya.
EKO WIDIANTO