TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengatakan surplus neraca perdagangan pada Januari-Februari lalu masih sejalan dengan perkiraan defisit transaksi berjalan pada triwulan I 2016.
Hal senada juga diungkapkan Direktur Eksekutif Kebijakan Moneter BI Yudha Agung. "Surplus neraca perdagangan kemarin lebih baik dari perkiraan kita di awal tahun, sehingga untuk triwulan I ini, kami perkirakan defisit neraca transaksi berjalan lebih baik, sekitar 2,6-2,7 persen," ujarnya di Kompleks Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis, 17 Maret 2016.
Menurut Tirta, defisit transaksi berjalan dapat dibiayai dari surplus neraca finansial yang didukung perkembangan arus masuk investasi portofolio yang mencapai US$ 2,2 miliar hingga bulan lalu. "Aliran modal asing di pasar saham tercatat positif, sejalan dengan prospek ekonomi domestik yang semakin baik," ujarnya.
Baca Juga: Ini Poin-poin Kesepakatan Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Tirta mengungkapkan cadangan devisa pada akhir Februari kemarin tercatat sebesar US$ 104,5 miliar. Angka tersebut setara dengan 7,6 bulan impor atau 7,3 bulan impor sekaligus pembayaran utang luar negeri pemerintah. "Angka itu juga berada di atas standar kecukupan internasional, yakni sekitar tiga bulan impor."
Neraca perdagangan pada Februari lalu, ujar Tirta, surplus sebesar US$ 1,15 miliar. Peningkatan tersebut ditopang oleh kenaikan surplus neraca nonmigas, seperti ekspor perhiasan dan produk-produk dari besi dan baja. Neraca migas pun tercatat surplus setelah pada bulan lalu defisit.
ANGELINA ANJAR SAWITRI