TEMPO.CO, Surabaya - Kelompok emas dan perhiasan masih mendominasi komoditas ekspor non migas provinsi Jawa Timur pada Februari 2016. Selama Februari 2016, ekspor nonmigas Jawa Timur didominasi oleh perhiasan/permata dengan nilai US$ 753,19 juta, diikuti lemak dan minyak hewan/nabati US$ 124,97 juta. Berikutnya, kayu dan barang dari kayu senilai US$ 90,88 juta, ikan dan udang US$ 76,67 juta, serta bahan kimia organik US$ 65,13 juta.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur Teguh Pramono mengatakan negara tujuan ekspor nonmigas Jawa Timur mengalami pergeseran. Biasanya tiga negara importir terbesar ialah Amerika Serikat, Jepang, dan Cina. Sekarang malah Swiss, Jepang, dan Singapura. “Mungkin karena Swiss dan Jepang menyerap begitu besar emas dan perhiasan,” kata Teguh kepada media di kantornya, Selasa, 15 Maret 2016.
Nilai ekspor produk nonmigas ke Swiss mencapai US$ 405,85 juta, diikuti Jepang US$ 223,03 juta. Singapura menjadi tujuan ekspor terbesar ketiga dengan nilai US$ 198,93 juta. Menurut Teguh, hal ini dipengaruhi daya beli negara tujuan ekspor.
Nilai ekspor Jawa Timur pada Februari 2016 mencapai US$ 1,861 miliar atau naik 41,75 persen dibandingkan nilai ekspor Januari 2016 US$ 1,313 miliar. Sedangkan nilai impor Februari ini mencapai US$ 1.447,21 juta atau naik 1,10 persen dibandingkan Januari US$ 1.431,45 juta. “Surplus neraca perdagangan ini menggembirakan. Impor naik, tapi kenaikan impor itu kalah dengan kenaikan ekspor,” ujar Teguh.
Secara kumulatif, nilai ekspor Januari-Februari 2016 mencapai US$ 3,174, miliar. Angka itu turun 3,10 persen dibandingkan ekspor pada periode yang sama pada 2015 sebesar US$ 3,276 miliar.
ARTIKA RACHMI FARMITA