TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan bahwa pemerintah memiliki perhatian kuat terhadap industri furnitur. Kalla meminta para pelaku industri memperbanyak inovasi guna mengikuti selera konsumen furnitur global.
“Pertama, masyarakat memilih furnitur karena fungsi. Kemudian menginginkan bentuk yang indah, enak dilihat, dan nyaman. Ini berarti membutuhkan desain,” ujarnya saat menghadiri pameran furnitur Indonesia International Furniture Expo (IFEX) di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, Jumat, 11 Maret 2016.
Kalla hadir menemani Menteri Perindustrian Saleh Husin serta Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Amkri) Rudi Halim. Mereka kemudian membuka pameran tersebut secara resmi. Turut hadir Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf.
Kalla mengatakan geliat industri furnitur juga disokong para desainer muda dan ekspansi pelaku industri furnitur. Selain menggairahkan pasar, Kalla mengatakan, kehadiran desainer muda ini semakin memanjakan konsumen dengan ragam pilihan furnitur dan menyerap tenaga kerja terdidik, terampil, serta kreatif.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan furnitur telah menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia dan dunia. Menurut Saleh, saat ini makin banyak konsumen yang juga mempertimbangkan desain sesuai dengan selera pribadi.
“Furnitur semakin bersifat personal. Membeli kursi sederhana saja konsumen cenderung menghindari sama dengan tetangga rumah sebelah,” ujarnya.
“Kami menekankan agar pelaku industri furnitur beserta rekan-rekan desainer meningkatkan mutu dan desain. Ini untuk memenuhi kebutuhan pembeli di pasar ekspor dan memenangi kompetisi di domestik hingga dunia,” ujarnya.
Kementerian Perindustrian mencatat nilai ekspor furnitur kayu dan rotan terus menanjak. Sementara pada 2012 sekitar US$ 1,4 miliar, pada 2013 meningkat menjadi US$ 1,8 miliar.
Sedangkan sepanjang 2014, nilai ekspor furnitur kayu dan rotan nasional mencapai kurang-lebih US$ 2,2 miliar. Tren positif ini mendorong optimisme tercapainya nilai ekspor furnitur kayu dan rotan olahan dalam lima tahun ke depan mencapai US$ 5 miliar.
ARIEF HIDAYAT