TEMPO.CO, Yogyakarta - Bank Indonesia Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta memprediksi pertumbuhan ekonomi daerah ini pada 2016 lebih baik daripada 2015.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY Arief Budi Santoso mengatakan pertumbuhan ekonomi pada 2016 diperkirakan mencapai 4,9-5,3 persen. Angka perkiraan ini lebih tinggi dibanding pada 2015, yang hanya 4,94 persen. “Tantangan ekonomi masih ada. Tapi tak seberat 2015,” katanya dalam jumpa pers di Yogyakarta, Kamis, 10 Maret 2016.
Pada triwulan I tahun ini, perekonomian didorong makin baiknya konsumsi rumah tangga. Pada triwulan pertama ini, ekonomi diprediksi tumbuh 4,96-5,36 persen year on year dan meningkat dibanding pada triwulan pertama 2015 sebesar 4,26 persen.
Menurut Arief, ekonomi DIY 2015 hanya tumbuh 4,94 persen per tahun atau menurun dibanding pada 2014 sebesar 5,16 persen. Hampir semua sektor lapangan usaha di daerah ini pada 2015 mengalami perlambatan akibat menurunnya daya beli masyarakat.
Tapi melambatnya pertumbuhan ekonomi pada 2015 tak akan terjadi pada 2016. Bank Indonesia percaya diri seluruh sektor utama yang mendukung pertumbuhan ekonomi berjalan positif.
Ketua Tim Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia Perwakilan DIY Sri Fitriani mengatakan industri pariwisata pada 2016 diperkirakan tumbuh sehingga mendorong peningkatan daya beli masyarakat. “Pemerintah juga mempercepat proyek infrastruktur sehingga mendorong investasi,” tuturnya.
Menurut Arief, pulihnya sektor perhotelan mendukung pertumbuhan ekonomi. Bila hotel dan restoran ramai, hal itu akan berdampak pada pengolahan makanan, konsumsi makanan, hingga kerajinan. Fasilitas meeting, incentive, conference, dan exhibition atau MICE hotel mendorong perbaikan kinerja sektor penyediaan akomodasi dan makan minum. “Tumbuhnya industri pariwisata juga mendorong tumbuhnya industri pengolahan,” ucapnya.
Menurut dia, sektor pariwisata punya peran besar menyumbang pertumbuhan ekonomi. Sumbangan terhadap produk domestik bruto mencapai 35 persen. Untuk infrastruktur pendukung pariwisata, DIY masih kalah dibanding Bali. Tapi DIY menjadi tujuan wisata karena ongkos wisata di daerah ini jauh lebih murah. “Pembangunan calon bandar udara di Kulon Progo juga akan mendorong banyak investor datang ke Yogyakarta,” tuturnya.
SHINTA MAHARANI