TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyebutkan dibangunnya Pusat Logistik Berikat (PLB) memiliki lebih banyak keuntungan ketimbang gudang berikat. Ia mengibaratkan gudang berikat sebagai toko kecil dan PLB seperti supermarket.
"Semacam supermarket yang bisa menampung barang-barang orang lain," kata Bambang saat memberikan pidato pada peresmian Pusat Logistik Berikat di PT CKB, Cakung-Cilincing, Jakarta Utara, Kamis, 10 Maret 2016.
Selain itu, kata Bambang, barang-barang yang disimpan di PLB juga akan ditangguhkan bea masuk dan pajak-pajak terkait. Biaya pajak baru akan dikenakan jika sudah barang itu sudah keluar dari PLB dan dipakai. "Pemakai akhir yang nanti bayar bea masuk dan pajak terkait," ucapnya.
Bambang menjelaskan, barang-barang yang ditempatkan di PLB juga bisa disimpan hingga tiga tahun. Sedangkan gudang berikat hanya bisa menyimpan barang hingga satu tahun. "Ini memudahkan bagi bidang logistik, kapan pun butuh bahan baku dan modal enggak perlu repot hubungi luar negeri."
Terkait dengan pengoperasian PLB tersebut, Bambang berpesan pada jajaran terkait seperti Bea-Cukai, agar bisa bekerja dengan baik dalam hal ini. Ia mengingatkan agar jangan sampai ada kebocoran dan lemahnya pengawasan dari pihak Bea-Cukai. "Jadi jangan enggak efektif, terus gagal."
Bambang berharap dengan adanya terobosan ini, Indonesia bisa merebut posisi pusat logistik di kawasan Asia Tenggara, dari tangan negara-negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia. "Dengan inilah bisa rebut pusat logistik dari wilayah lain di Asia Tenggara," tuturnya.
DIKO OKTARA