TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menilai, penguatan rupiah yang terjadi belakangan ini tidak lepas dari sentimen eksternal. Ia mengatakan perkembangan pasar regional mendorong rupiah ke posisi yang baik. "Ini artinya negara di luar memberikan sinyal positif kepada Indonesia," kata Agus di gedung DPR, Jakarta, Senin, 7 Maret 2016.
Agus tidak menjawab saat ditanya berapa lama tren penguatan rupiah bakal berlanjut. Begitu juga dengan fundamental rupiah yang sebenarnya. "Yang kami jaga volatilitasnya tidak terlalu tinggi," ucapnya.
Rupiah saat ini berada di posisi 13.029 per dolar Amerika Serikat. Pekan lalu, pergerakan rupiah ada di level 13.260 sampai 13.159 per dolar. Pagi tadi, rupiah sempat menyentuh angka 12.984.
Lebih lanjut, Bank Indonesia merilis, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Februari 2016 tercatat US$ 104,5 miliar. Angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan akhir Januari 2016 yang mencapai US$ 102,1 miliar.
Peningkatan tersebut, ujar Agus, dipengaruhi penerimaan cadangan devisa, yang berasal dari penerimaan minyak dan gas, penarikan pinjaman pemerintah, serta hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas. Angka itu jauh melampaui kebutuhan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Posisi cadangan devisa itu dinilai cukup membiayai 7,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Selain itu, level cadangan devisa berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Bank Indonesia menilai, cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
ADITYA BUDIMAN