TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan penguatan nilai tukar rupiah terjadi karena sejumlah negara tetangga juga mengalami penguatan nilai tukar mata uang. Salah satu sebabnya adalah kebijakan otoritas Cina mengurangi giro wajib minimum (reserve requirement).
"Ketika Cina mengurangi reserve requirement, dampaknya kepada beberapa negara adalah terjadinya penguatan mata uang," ucap Agus di Bank Indonesia, Jumat, 4 Maret 2016.
Meski pergerakan nilai tukar rupiah terpantau stabil dan cenderung menguat, Agus menuturkan kondisi dunia cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, upaya pemulihan ekonomi di sejumlah negara dinilai Agus sangat pelan, bahkan cenderung memburuk. "Beberapa negara, seperti Jepang, bahkan beralih ke kebijakan moneter yang unconventional hingga menerapkan kebijakan bunga negatif," ujarnya.
Bank Indonesia mencatat, kurs tengah rupiah hari ini berada di level Rp 13.159 per dolar Amerika Serikat atau menguat ketimbang pada Jumat pekan lalu sebesar Rp 13.333 per dolar AS. Dalam asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2016, nilai tukar rupiah dipatok di kisaran Rp 13.900 per dolar Amerika.
Namun, sejauh ini, ekonomi Indonesia, menurut Agus, menunjukkan kondisi yang cukup baik. Hal ini juga ditunjukkan oleh intervensi pemerintah dalam investasi, pembangunan infrastruktur, dan pengeluaran pada 2015 yang mendongkrak pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik. Realisasi anggaran awal tahun 2016 juga dinilai menunjukkan kondisi yang baik.
VINDRY FLORENTIN