TEMPO.CO, Jakarta - PT Pelindo III Cabang Benoa mencatat hingga akhir Februari 2016, sebanyak 13 kapal pesiar dari berbagai negara yang membawa total 15.132 orang, sudah bersandar di pelabuhan terbesar di Bali ini.
Melihat pencapaian tersebut, GM Pelindo III Benoa Ali Sodikin optimistis target mendatangkan 60 kapal pesiar hingga akhir tahun ke pelabuhan ini akan terealisasi.
"Kalau melihat jumlah kedatangan ini, kami yakin bisa 60 kapal pesiar akan bersandar. Selama tidak ada pembatalan maka bisa kami layani semuanya," ujarnya, Selasa (1 Februari 2016).
Jumlah kapal tersebut adalah yang langsung bersandar di Pelabuhan Benoa, karena masih ada sejumlah kapal terpaksa berlabuh akibat panjang dimensinya melebihi panjang dermaga serta penuhnya tambatan di dermaga sehingga tidak bisa bersandar.
Berdasarkan data Pelindo III Cabang Benoa, durasi kunjungan kapal tersebut rata-rata selama 3 hari, lebih lama jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Adapun kapal pesiar yang berlabuh tersebut berbendera Belanda, Malta, Bahama, Bermuda, dan Hamilton. Kapal pesiar yang paling lama bersandar adalah MV Crystal Serenity berbendera Bahama, selama 5 hari.
Ali mengungkapkan setiap tahun, lama bersandar kapal pesiar di Pelabuhan Benoa terus meningkat dan hal tersebut memberikan dampak positif.
"Semakin lama kapal berkunjung di suatu tempat, maka semakin besar pula dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. Menurut data dihimpun Kemenpar pada 2015, wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia dalam sehari dapat membelanjakan minimal US$100-US$150, jadi efek dominonya sangat besar," jelasnya.
Pelindo III Cabang Benoa memprediksi jumlah kapal pesiar yang datang akan terus bertambah seiring kebijakan pemerintah berpromosi di luar negeri. Akan tetapi, kata Ali, pihaknya saat ini masih kewalahan melayani permintaan agen kapal pesiar, karena terbatasnya panjang dermaga dan personil.
Untuk meningkatkan layanan tersebut, Kantor Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan (KSOP) Benoa tahun ini memperdalam alur kapal masuk pelabuhan. Kepala Seksi KSOP Benoa I Wayan Suarta menjelaskan pendalaman alur sudah mulai dilakukan sejak 2011.
Khusus tahun ini Benoa mendapatkan jatah dari pusat senilai Rp65 miliar untuk melakukan pendalaman dari 10 meter menjadi 12 meter di sejumlah titik. Khususnya, lanjut dia, di buih III yang berada di deket pintu masuk alur Benoa.
"Ini pendalam sesuai permintaan Kemenpar yang berencana meningkatkan kunjungan kapal pesiar ke Indonesia," tuturnya.
Dengan pendalaman itu, kapal dengan panjang maksimal 300 meter dapat masuk alur dan bersandar di pelabuhan. Suarta mengatakan saat ini permintaan kapal berdimensi panjang masuk sangat banyak, sayangnya tidak dapat ditindaklanjuti.
"Sekarang posisi 290 meter, kalau panjang kapal 250 meter sudah penuh. Nanti kapal sampai 300 meter bisa masuk. Selama ini belum bisa. Nanti akan simulasi dulu untuk mencoba," ungkapnya.
Suarta mengakui sebenarnya sudah menyiapkan rencana pengembangan pelabuhan dalam Rencana Induk Pelabuhan (RIP) agar fasilitas di Benoa dapat meningkat. Sayangnya, Pemkot Denpasar hingga kini tidak kunjung memberikan rekomendasi tanpa alasan jelas, sehingga rencana pengembangan terebut belum dapat dieksekusi.
"Surat kami kirim 3 kali, tetapi tidak ada jawaban sama sekali. Justru itu kalau dijawab kenapa kekurangannya apa, bisa dievaluasi. Kami sebenarnya ingin ketemu tapi sulit, bahkan kami ketemu pak Sekda diberikan jadwal, tetapi dua jam sebelum pertemuan tiba-tiba pak wali kota bilang ada sesuatu," jelasnya.