TEMPO.CO, Makassar - Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Selatan memprediksi pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan pada triwulan pertama 2016 mencapai 6,9 hingga 7,9 persen. Sedangkan secara keseluruhan selama 2016 sebesar 7,5 hingga 8,5 persen.
“Angka pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan masih di atas rata-rata nasional,” kata Deputi Kepala Perwakilan BI Sulawesi Selatan Causa Iman Karana usai meliris evaluasi kinerja ekonomi Sulawesi Selatan 2015 dan prediksi ekonomi 2016 di Kantor BI, Selasa, 23 Februari 2016.
Menurut Causa, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan selama periode 2015 sebesar 7,15 persen. Angka itu menurun dibandingkan 2014 yang mencapai 7,54 persen. Penyebabnya adalah belum membaiknya kondisi ekonomi global, yang berdampak pada kinerja ekonomi Sulawesi Selatan.
Causa menjelaskan, pada 2016 kondisi ekonomi global belum benar-benar stabil. Harga minyak dunia juga terus mengalami penurunan. Demikian pula nilai tukar rupiah belum kembali normal. Sedangkan masalah di dalam negeri adalah masih kurang harmonisnya kebijakan ekonomi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Causa mengharapkan harmonisasi kebijakan harus menjadi perhatian pemerintah. Tidak saja antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, tapi juga pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten dan kota. “Harmonisasi kebijakan sangat penting guna menunjang program pembangunan, termask di bidang infrastruktur,” ujarnya.
Meski begitu, Causa mengatakan ada beberapa faktor yang bisa menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan. Di antaranya konsumsi masyarakat maupun belanja pemerintah serta investasi. Hadirnya sektor usaha baru juga menjadi salah satu faktor pendorong ekonomi.
Adapun bidang ekspor belum bisa banyak diharapkan, karena masih terjadi perlemahan ekonomi di sejumlah negara tujuan. Selain itu, harga komoditi andalan Sulawesi Selatan, seperti nikel, sedang turun di pasar ekspor. “Bila bidang ekspor kembali membaik, maka sagat membantu percepatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan,” ucap Causa.
Causa meminta perhatian Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan maupun pemerintah kabupaten dan kota lebih memberikan perhatian pada pembangunan industri pengolahan. Terutama sektor kelautan yang masih sangat minim. “Perlu segera diberdayakan karena menjadi faktor pendukung pertumbuhan ekonomi,” tuturnya.
Pengamat Ekonomi dari Univesitas Hasanuddin Hamid Paddu mengatakan meski pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan pada triwulan pertama diprediksi masih pada angka 7 persen, tapi memasuki triwulan kedua bisa tumbuh lebih cepat.
Selain bidang investasi, kata Hamid, konsumsi rumah tangga masih memberikan kontribusi paling besar. Demikian pula belanja pemerintah. “Sekarang tender proyek sudah dimulai, penyerapan APBN di Sulawesi Selatan selama Februari sudah mencapai enam persen," katanya.
Ihwal harmonisasi kebijakan, Hamid mengatakan apa yang dikeluarkan pemerintah pusat sebagai respon atas tuntutan kalangan dunia usaha. Kebijakan itu perlu didukung oleh semua pihak, termasuk pemerintah provinsi hingga kabupaten dan kota.
IIN NURFAHRAENI DEWI PUTRI